Oleh: Muhammad Rusli | Berugak Pictures IAIN Mataram
Pada materi selanjutnya kami diajak membuat pembingkaian, sebuah proses penggalian ide dan gagasan dalam melihat sirkulasi masa. Dalam proses pembingkaian ini, sangat banyak ide yang keluar dari teman-teman Berugak Pictures (BP). Hanafi misalnya, yang ingin melihat perkembangan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram dari sosok Bapak Mus (Cleaning Servis Kampus). Ide Hanapi mengangkat Pak Mus memunculkan silang pendapat antar teman-teman BP. Beberapa teman setuju, namun ada juga yang menentang. Adapun dasar pemikiran Hanapi, karena dia melihat Pak Mus sebagai Cleaning Servis yang sudah tua dan cukup lama mengabdi. Namun, faktanya sampai sekarang Pak Mus tidak juga diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Akhirnya, kami sepakati kemudian tentang Pak Mus diangkat dalam bentuk tulisan, karena melihat tidak cukupnya waktu yang kami miliki dalam proses workshop ini. “Itu, jadi PR-nya teman-teman saja nanti. Yang jelas kawan-kawan butuh data tentang masalah itu. Sekarang kita cari saja bingkaian-bingkaian yang riil tentang ruang massa” tegas Siba.
Beberapa ide lainpun bermunculan seperti mengangkat IAIN Mataram dari sudut pandang mantan Dekan Dakwah yaitu Bapak Sohimun Faesol, Dunia Kampus dan Premanisme, Mahasiswa Sederhana di IAIN MATARAM, IAIN PRA REKTOR BARU, Musholla IAIN, dan mengangkat LAPAK yang menjamur di sekitar wilayah Kampus IAIN Mataram. Akhirnya, ada 2 bingkaian yang kami sepakati, yaitu Musholla IAIN Mataram dan Lapak Sekitar Kampus IAIN Mataram.
Asumsi mengambil bingkaian Musholla IAIN Mataram karena musholla merupakan salah satu fasilitas penting di IAIN Mataram. Keberadaannya tidak hanya sebagai tempat beribadah saja akan tetapi dosen juga menggunakannya sebagai tempat belajar mengajar. Disisi lain, mushola itu juga digunakan mahasiswa tempat nongkrong, internetan, curhat-curhatan, diskusi, dan tidur-tiduran. Bahkan ada salah seorang mahasiswa menggunakan musholla itu sebagai tempat tinggal. Sedangkan bingkaian tentang lapak, berangkat dari sebuah gambaran bahwa dulunya disebelah barat IAIN Mataram lama jumlah lapak tidak sebanyak sekarang (masih sepi). Entah bagaimana ceritanya, lapak-lapak kecil dan besar berdiri bak jamur di musim hujan. Tidak jarang kita temui di lapak itu ada mahasiswa dan dosen IAIN Mataram, pelajar, pegawai dan masyarakat umum.
Sore harinya, kami membuat denah IAIN Mataram untuk memudahkan penggalian sirkulasi massa dan pengambilan gambar. Lalu, kami terjun langsung kelapangan untuk mensurvei dua bingkaian yang kami sepakati. Ditengah-tengah survey yang kami lakukan, kami berhenti di tempat wuduk perempuan yang pada saat itu banyak orang yang mau mengerjakan sholat. Ketika tengah asyik-asyik ngobrol, mesin airnya macet. Muhammad Sibawaihi bertanya pada seorang petugas, “Kenapa tidak diganti aja pak mesinnya, agar tidak macet-macet lagi?”. Petugas itu menjawab “Gak tahu juga ini”. Beberapa pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku tentang jawaban itu. Tapi, kami akhirnya melanjutkan perjalanan ke kantin kampus dan keluar menuju lapak-lapak di luar kampus.
Dhoom berinisiatif untuk membeli kopi di salah satu lapak tersebut. Lapak tempat kami ngopi milik dari Pak Sahabudin, beliau berasal dari Dasan Agung. Berdasarkan penuturan Pak Sahabudin, beliaulah orang yang pertama kali mendirikan lapak disana dan diikuti oleh pedagang-pedagang kaki lima yang lain. Beliau menambahkan ”Kami diberikan batas untuk berjualan di luar lingkungan kampus ini, sampai tidak melebihi koperasi IAIN itu. Barangsiapa yang melanggar wilayah, lapaknya akan di hancurkan”. Bahkan beliau menambahkan “Keberadaan lapak-lapak ini didukung oleh Pemkot Mataram”.
Cukup lama juga kami duduk di lapak Pak Sahabudin. Waktu makin mendekati senja, akhirnya kamipun kembali ke ruang multimedia di kampus IAIN Mataram. Kami mendiskusikan kembali temuan-temuan kami selama survey dan kegiatan untuk besok paginya.
________________________________________________________________________________
Tulisan ini dibuat dalam rangka workshop Literasi media yang diinisiasi oleh Komunitas pasirputih Lombok Utara dan Berugaq Pictures IAIN Mataram.
Tentang Penulis:
Lahir di Saudi, 31 Desember 1995. Namun lebih memilih berkewarganegaraan Indonesia. Sampai saat ini, ia masih percaya bahwa sepak bola akan merubah nasibnya. Ia biasa dipanggil Okta. Sekarang Okta duduk di semester II dan mengambil jurusan Penyiaran Islam di IAIN Mataram. Selain aktif main bola, ia juga aktif belajar bersama di Komunitas Berugaq Picturess.