Seni Tari Rudat: Antara Identitas dan Pergolakan Budaya

Oleh : Muhammad Imran | Komunitas Pasirputih

Minggu,18 mei 2014 hari bersejarah bagi temanku “Zainur”. Hari itu hari pernikahannya, pernikahan yang sangat sederhana. Kesederhanaan itu terlihat dari persiapan, hiburan dan iring-iringannya yang hanya menggunakan tari tradisional, yaitu Seni Tari Rudat. Seni Rudat ini bernamaCempaka Putih, Dusun Terengan, Desa Pemenang Timur, Kecamatan Pemenang. Kabupaten Lombok Utara. Walaupun sederhana, saya selaku tamu undangan mengaku terkesan dengan hadirnya kesenian Rudat tersebut.Karena, ini kali pertamanya saya melihat iring-iringan pengatin yang diiringi oleh Tarian Rudat. Biasanya,di Gili Meno, mempelai laki-laki hanya diiringi oleh warga masyarakat sambil bersorak-sorai, ”Sorak-sorak…  Iyaaaa…” secara terus menerus, sepanjang jalan, hinga sampai ketempat tujuan (tempat mempelai wanita) untuk melangsungkan proses akad nikah.

Istriku Acheq, Ibu Ali dan Pak David menyaksikan pertunjukan Rudat. Foto: Muhammad Imran
Istriku Acheq, Ibu Ali dan Pak David menyaksikan pertunjukan Rudat. Foto: Muhammad Imran

Para bule-bule pun berdatangan untuk menyaksikan dan mengabadikan suasana budaya dan Kesenian Tari Rudat tersebut,  sambil berdesakan. Ada salah seorang bule yang mengaku tertarik dengan Seni Tari Rudat ini yaitu Ibu Ali. Pemilik salah satu hotel ternama di Gili Meno itu mengaku intrest dengan kesenian yang satu ini. Penuturan Ibu Ali sendiri bahwa ketertarikannya pada Rudat, dikarenakan pakaiannya yang unik bagaikanTentara Batavia dan Cute. “…Aku tidak pernah melihat ini sebelumnya”, ujarnya kepada istriku Achie,yang waktu itu sedang ngobrol bersamanya. Achie  melanjutkan obrolan dengan memberikan informasi bahwa Rudat ini bukan hanya kesenian semata.“…Rudat adalah alat kesenian untuk penyebaran Agama Islam di nusantara pada jaman dulu, khususnya di Lombok.”Ujar istriku kepada Ibu Ali. “Realy…?” kata Ibu Ali penasaran. ”Ya…,itu setahu saya.” Jawab isteriku dengan keterbatasan pengetahuannya.

Personil Rudat yang terdiri dari anak kecil dan dewasa. Foto: Muhammad Imran
Personil Rudat yang terdiri dari anak kecil dan dewasa. Foto: Muhammad Imran
Personil Rudat yang terdiri dari anak kecil dan dewasa. Foto: Muhammad Imran
Personil Rudat yang terdiri dari anak kecil dan dewasa. Foto: Muhammad Imran
Personil Rudat yang terdiri dari anak kecil dan dewasa. Foto: Muhammad Imran
Personil Rudat yang terdiri dari anak kecil dan dewasa. Foto: Muhammad Imran
Personil Rudat yang terdiri dari anak kecil dan dewasa. Foto: Muhammad Imran
Personil Rudat yang terdiri dari anak kecil dan dewasa. Foto: Muhammad Imran
Personil Rudat yang terdiri dari anak kecil dan dewasa. Foto: Muhammad Imran
Personil Rudat yang terdiri dari anak kecil dan dewasa. Foto: Muhammad Imran

Mendengar hal itu, entah mengapa ada rasa ingin tahu juga menghinggapi pikiranku. Tanpa berfikir panjang, aku  langsung menuju Konter Warnet terdekat. Ada beberapa data yang aku peroleh, menurut http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/11/kesenian-rudat.html, Seni Tari Rudat adalah salah satu jenis kesenian yang didalamnya terdapat tari-tarian dengan iringan musik gendang. Jenis tarian dalam Seni Rudat mengandung gerakan-gerakan beladiri dan suara. Kata ‘Rudat’, berasal dari Bahasa Arab, yaitu Raudatun yang artinya “Taman Bunga”. Menurut seorang pakar Sunda, Yus Rusyana, arti dari kata Rudat tersebut bila dikaitkan dengan Seni Rudat berarti “Bunga Pencak”. Gerakan-gerakan Silat yang ditampilkan lewat Tarian Rudat dikonotasikan pada sifat umum bunga, indah.

Masih menurut Informasi Wisata dan Budaya, Seni Rudat tumbuh kembang dengan upaya penyebaran Agama Islam oleh para wali (Wali Songo). Di antara para wali tersebut adalah Syarif Hidayatullah yang dikenal dengan gelar Sunan Gunung  Jati. Beliau menyebarkan  Agama Islam di Jawa Barat dan Banten. Dalam melakukan misinya, Sunan Gunung Jati dibantu oleh murid-muridnya. Pada tahun 1450-1500 penduduk Jawa Barat masih beragama Hindu. Adapun jenis kesenian yang dipertunjukkan menggunakan alat musik pengiring yang juga disebut Terebang. Alat musik tersebut dikembangkan dari satu jenis menjadi lima jenis yang mengandung makna Lima Rukun Islam. Seni Rudat ini telah ada sejak abad XVI, yaitu masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa. Kemudian berkembang di pesantren-pesantren, ketika itu. (Masuduki Aam dkk. 2005 Kesenian Tradisional Provinsi Banten Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung).

Berbicara tentang asal usul Rudat di Lombok, aku mendapatkan informasi di Lomboktoday.co.id-. dijelaskan bahwa terkait dengan asal usul Rudat di Lombok tidak seorangpun yang tahu dengan pasti, karena sumber tertulis tidak ada dan belum dijumpai hingga sekarang. Namun, ada beberapa pendapat tentang hal itu. Pertama; Kesenian Rudat dikembangkan pertamakali oleh H. L. Muhammad Said di Kopang, Kabupaten Lombok Tengah pada tahun 1920, setelah kepulangan dari makkah (Lalu Wacana dkk; 1978/1979:62). Kedua; sumber lain dari sebuah makalah yang berjudul ”Memperkenalkan Tari Rudat Lombok Nusa Tenggara Barat”, (Kanwil Dekdikbud NTB, Proyek Pengembangan Kesenian NTB, 1985/1986 : 1) Menyebutkan, Kesenian Rudat dikenal di Lombok semenjak tahun 1912, diperkenalkan oleh beberapa orang yang baru pulang dari Makkah.

Ketiga; ditemukan keterangan bahwa yang merintis Kesenian Rudat di Lombok adalah Haji Mas’ud, warga kelurahan Dayan Peken, Ampenan dan Sayyid Al-Idrus, Seorang berketurunan Arab yang menjadi penduduk kampung Sukaraja, Ampenan. Kedua tokoh ini diduga menjadi cikal bakal pendirian kesenian rudat di berbagai tempat di ampenan. Keempat; pendapat lain tentang sejarah rudat juga tertulis dalam buku “Ensiklopedia Music dan Tari Daerah Nusa Tenggara Barat” yang menyebutkan bahwa kesenian rudat ini merupakan perkembangan dari Dzikir Saman danBurdah, yang keduanya bersumber dari kesenian arab. Dzikir Saman adalah lantunan dzikir yang dilagukan, disertai gerakan pencak silat. Sedangkan Burdah adalah nyanyian vocal yang dibawakan sambil menari dengan gerakan pencak silat, tetapi dalam posisi duduk. Masyarakat juga percaya, Rudat diadopsi dari budaya Parsi (Timur Tengah) yang dibawa para pedagang Islam melalui India, kemudian ke semenanjung Melayu, kemudian dibawa oleh pedagang dan penyebar Islam Banjar-Kalimantan ke Lombok. Rudat dijadikansebagai media dakwah penyebaran Agama Islam. Selain itu, masih banyak pendapat lain tentang sejarah Rudat di Lombok.

Warga menonton Seni Tari Rudat
Warga menonton Seni Tari Rudat. Foto: Muhammad Imran
Warga menonton Seni Tari Rudat
Warga menonton Seni Tari Rudat. Foto: Muhammad Imran

Terlepas dari banyaknya versi tentang sejarah masuknya Seni Tari Rudat di Lombok, namun peristiwa budaya ini tidak menghalangi kegirangan dari warga Gili Meno untuk menyaksikannya.  Sampai-sampai para pemain Rudat pun tidak diperkenankan untuk berhenti melangkah. Disela-sela acara aku menyempatkan diri untuk mengobrol dengan salah satu Personil Rudat Cempaka Putih Terengan. Personil tersebut menyatakan “Di zaman yang serba sulit sekarang ini, kami mengalami kesulitan utuk bertahan, hal ini tidak terlepas darimasalah Finansial dan Regenerasi. Dulunya kami mempunyai banyak sekali personil, karena finansial para personil senior yang kami punya terpaksa pergi bekerja. Ada yang keluar negeri menjadi TKI (Malaysia, Arab Saudi. Red.), dan ada juga yang keluar daerah, seperti ke Bali maupun ke daerah lainnya. Masalah ini yang menyulitkan kami untuk mempertahankannya. Kalau untuk personil yang bekerja di tiga gili, satu hari sebelum pertujukan kami dari pengurus harus menghubungi dan memintakan izin dari perusahaan. Tapi, tidak semua izin itu kami dapatkan. Karena itu, kami terpaksa membina anak-anak, mulai dari umur  6 – 7 tahun.Meskipun itu agak sulit bagi kami, karena harus menyesuaikan dengan kegiatan mereka di sekolah dan izin dari guru. Jalan tersebut yang kami tempuh dari pada tidak ada regenerasi sama sekali”. Penuturan panjang lebar dari salah seorang personil ini terputus, dia diminta untuk mengganti temannya melanjutkan pertunjukan.

Dengan kemajuan teknologi yang ada, kita dapat mengetahui kebudayaan yang ada di negeri kita ini dengan sangat mudah. Kekayaan kebudayaan membuat kita bangga dengan tanah air kita.Sebagai generasi penerus bangsa yang baik, sudah sepatutnya kita menjaga dan melestarikan budaya leluhur kita agar tidak punah dimakan oleh era modern dan budaya asing yang semakin meningkat. Seni Tari Rudat menjadi bagian dan milik masyarakat Indonesia meskipun di dalamnya terdapat unsur-unsur budaya lain.

1 Comment

  1. Badrul

    ksenian yg hampir ndk pernah kelihatan saat sekarang ini
    kalah dengan kecimol n gendang beleq
    ulasan yg singkat namun jelas , jd tau dh asal usulx rudat (Y)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.