Oleh: Hamdani | Komunitas pasirputih
Saya memiliki banyak teman yang bekerja di Gili, khususnya Gili Trawangan. Rata-rata mereka bekerja di Gili trawangan sebagai waiter. Jika dibandingkan, umurku tidak jauh berbeda dengan mereka. Berkisar antara 19 dan 20 tahun. Salah seorang temanku putus sekolah untuk bekerja di sana. Sungguh sangat disayangkan mengorbankan pendidikan dasar hanya karena bekerja, mengejar keuntungan sesaat. Apakah tidak ada peraturan terkait perekrutan tenaga kerja? Apalagi terkait pekerja yang masih berada dalam masa sekolah. Yah, mungkin mereka memiliki alasan terendiri. Namun tetap saja pendidikan dasar menjadi penting, apalagi pada zaman sekarang.

Akan ku ceritakan beberapa kisah teman-temanku yang bekerja disana. Salah satunya, seorang temanku bernama Aziz. Dulu, semasa sekolah dia selalu mengunkapkan keinginannya untuk cepat menamatkan pendidikan SMA nya. Dengan alasan ingin segera bias bekerja di Tiga Gili. ketika kami sama-sama sudah menyelesaikan sekolah, dia langsung memutuskan mencari kerja di Gili. Saat itu, dia sudah mendapatkan keinginanya untuk bekerja di Gili Trawangan. Akan tetapi baru tiga bulan bekerja, dia sudah berhenti dengan alasan gaji yang tidak sesuai dengan pekerjaan berat yang ia kerjakan.

Pernah suatu malam, Azis datang ke rumah saya. Setelah berhenti bekerja di Gili Trawangan. Kedatangannya kali ini untuk menceritakan sesuatu. Saya mengetahui ini dari pesan singkat yang ia kirim, bahwa ia ingin curhat. Malam itu dia menceritakan keinginannya untuk bekerja kembali di Gili. Saya pun kaget. Padahal baru saja ia memutuskan untuk berhenti, sekarang ia ingin kembali lagi. Kebetulan waktu itu salah seorang teman kami si Wes mendengar keinginan Azis. Diapun menyarankan azis untuk ikut bersamanya ke Gili Trawangan. Keesokan harinya azis pergi lagi ke Gili bersama Wes dengan harapan bisa kembali mendapatkan pekerjaan di sana. Yang saya dengar setelah itu, Aziz mendapatkan pekerjaan kembali dengan bantuan dari seorang teman Wes. Namun, setiap kali Aziz pulang dari Gili, dia selalu menceritakan hal yang sama kepada saya. Hari hari yang di lalui azis di tempat kerja masih dengan persoalan yang sama. Hal lain kini yang membuat dia mulai jenuh adalah tidak ada watu untuk bermain. Setiap menit dan detik yang dilewati hanya untuk bekerja. ketika dia datang lagi ke rumah saya untuk yang kesekian kalinya dia bilang mau berhenti. Saya tidak mengerti apakah pekerjaan itu terlalu membosankan sehingga setiap kali dia mendapatkan pekerjaan dia selalu ingin berhhenti dari pekerjaannya.
Pantas saja jika Wes bilang kepada saya, “Kika kamu ingin bekerja di Tiga Gili, alangkah baiknya jika dipikir matang-matang. Karena kehidupan di sana tidak seperti yang ada di lingkungan mu selama ini.”
Saya pun teringat dengan Johan, teman satu sekolah yang juga bekerja di Gili. Dia sering katakana kepada saya,’ “hidup di sana sangatlah keras, kita bisa aja bertengkar dengan sahabat atau dengan teman kerja gara-gara masalah sepele…”
Mungkin saja, karena kerasnya persaingan pariwisata membuat setiap orang berubah menjadi sangat individualis. Namun, Johan sendiri memutuskan untuk masih bertahan di sana, dengan alasan ekonomi.

Aku sendiri dalam keadaan galau. Bapakku meninggal, ibuku menikah lagi. Aku punya adik yang masih sekolah. Mau tidak mau aku harus bekerja untuk diri dan adikku. Kadang terbersit keinginan untuk mengikuti jejak teman-temanku bekerja di Gili. Namun banyak sekali pertimbangan. Pertimbangan itu muncul dari pengalaman teman-teman ku. Dileman. Meski aku tahu, di Gili orang bias lebih cepat mendapatkan pekerjaan. mungkin saja Gili adalah peluang dan jawaban masa depanku yang tak boleh saya sia siakan, atau malah menjadi keterpurukan masa depanku. Jawabannya tentu ada padaku.
_____________________
Tulisan ini dibuat dalam rangka program AksaraMedia Komunitas pasirputih. Sebuah upaya penyadaran masyarakat terkait bagaimana kerja media, dan memanfaat media untuk kepentingan warga.
Pendidikan sangat penting dan membantu perekonomian keluargapun juga penting, memang ada yang harus dikorbankan yaitu waktu untuk bermain menjadi berkurang bahkan mungkin tidak ada samasekali tapi hidup adalah pilihan. Untuk sukses, untuk bahagia kita harus berjuang, berkorban dan bekerja keras…berakit – rakit ke hulu berenang- renang ketepian, bersakit – sakit dahulu bersenang-senang kemudian…atau bersenang – senang dahulu bersakit – sakit kemudian?ha ha ha tetap semangat dan berpikir positif kawan 😉
makasih Mbak, atas coment nya,,,, 🙂 asyek