Menggagas Wasiat Pemenang

Hari ini, 5 Februari, 2016, Ismal Muntaha bertemu dengan Dr. Muchsin, Pak Sukarman (tokoh umat Budha di Tebango), dan Pak Nengah Karuna (tokoh pemuda masyarakat Hindu). Ismal berdiskusi tentang rencana karyanya membuat museum wasiat untuk akumassa Chronicle. Isi pembicaraan Ismal dengan ketiga tokoh itu ialah merancang poin-poin penting yang mesti dibingkai menjadi nilai-nilai yang tercantum dalam naskah wasiat tersebut. Poin-poin tersebut, antara lain tentang kerukunan umat beragama, pembangunan yang berbasiskan nilai kultural, berlandaskan cinta kasih, dan tidak mengabaikan nilai-nilai historis.

Ismal sendiri berencana mengundang tokoh-tokoh yang telah ia datangi pada tanggal 12 Februari untuk duduk bersama. Ismal akan mempresentasikan draf wasiat yang ia susun berdasarkan hasil diskusi-diskusi yang telah dia lakukan selama ini, di mana para tokoh-tokoh itu nantinya akan dapat memberikan masukan. Pada pertemuan itu pula nantinya akan disepakati dan diputuskan bentuk dan isi dokumen wasiat tersebut, sekaligus berita acara tentang pembuatan wasiat tersebut. Setelah itu, barulah Ismal akan mulai merancang bentuk eksekusi pembuatan monumen atau museum yang akan menjadi tempat peletakan wasiat tersebut.

Ide Ismal tentang “museum wasiat” itu terinspirasi dari filosofi di Lombok, yakni sasaq yang dapat diartikan “satu” dan “teguh”, sedangkan Lombok yang dapat diartikan “lurus”. Berdasarkan observasinya, Pemenang memiliki garis lurus imajiner yang menghubungkan satu titik di bukit Tebango Bolot dengan Pelabuhan Bangsal.

 

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.