Bangsal Cup Bersiap

Sejarah sepak bola di Pemenang, tidak lepas dari para tokoh bola dan pegiatnya sekarang, sepak bola menjadi hobi dan merupakan olahraga favorit di Pemenang.

Bangsal merupakan lokasi tercetusnya beberapa club bola yang ada di Pemenang. Bangsal, awalnya merupakan tempat olahraga yang ramai dikunjungi warga Pemenang, terutama bagi para pegiat sepak bola pada waktu lalu. Tempat latihan dan lain sebagainya.

Tahun 2016, merupakan tahun kebangkitan semangat bermain bola pantai, pada program Bangsal Menggawe. Kemudian dicetuskanlah kata Bangsal Cup.

Bangsal Cup merupakan hajatan tahunan, yang berada dalam agenda Bangsal Menggawe. Pada tahun 2017 ini, Bangsal Cup kembali digelar, semangat warga yang selalu mengajak dan mengingatkan kita, untuk selalu mengadakan Bangsal Cup tiap tahunnya.

Permainan ini kami anggap sebagai pengingat dan pembangkit semangat sepak bola pantai, sebagai ajang hiburan dan silaturrahim, sekaligus menjadi nostalgia masa lalu, bahwa Bangsal adalah tempat bersejarah untuk sepak terjang club bola di Pemenang.

Mulai dari tanggal 5 Maret 2017, tim Bangsal Menggawe mulai menyebar undangan ke beberapa komunitas dan instansi untuk ikut Bangsal Cup tersebut. Hingga tanggal 8 Maret ini, sudah banyak yang mendaftarkan diri, mulai dari komunitas ojek, komunitas pemuda, instansi pemerintahan dan ormas yang ada di Pemenang.

Surat undangan ini berisikan, formulir pendaftaran sebagai lampirannya. Pada Bangsal Cup kali ini, membutuhkan 8 pemain, 3 cadangan dan 5 pemain inti.

Rabu, 8 Maret 2017, tim Bangsal Menggawe mulai bersiap-siap menyambut Bangsal Cup, selain surat undangan, tim Bangsal menggawe mempersiapkan lapangan dan gawangnya. Ahmad Humaidi, Andreas Siagian, Aang, Muhammad Rusli dan Sibawaihi, bergegas ke Dusun Menggala, Desa Pemenang Barat, Lombok Utara untuk mengambil bambu di kebun milik Aang Hunaifi.

Tim Bangsal Menggawe sepertinya sedikit kewalahan mengambil batang bambu, mengingat bambu juga bisa mengakibatkan gatal-gatal di tubuh, karena terkena bulunya,

“Kami sempat kewalahan juga ketika mengambil bambu tadi, selain bikin gatal, satu bambu yang kami bawa, tersangkut kabel listrik dan kami berusaha mengambilnya hingga satu jam lamanya,” kata Humaidi.

Menyelamatkan bambu yang tersangkut kabel listrik.
Humaidi, Andreas, Aang, dan Rusli, asyik beristirahat ria.

Hari semakin sore, tapi kami menyempatkan diri untuk istirahat dan minum kopi di rumah Aang Hunaifi. Kami menganggap semua sudah cukup, akhirnya kami memutuskan untuk pulang ke pasirputih.

Malam tiba, persiapan dilanjutkan dengan membuat gawang dengan bambu yang tadi sore diambil di rumah Aang Hunaifi. Bahan-bahannya cukup sederhana, hanya menggunakan bambu ukuran 2×3 meter, sedangkan jaringnya menggunakan tali rapia. Untuk sementara ini, ada Sibawaihi dan Humaidi yang mengerjakan.

Rusli, Sibawaihi dan Humaidi membuat gawang

Bambu-bambu.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.