Pada dasarnya gempa bumi merupakan fenomen alam yang wajar terjadi. Fenomena tersebut merupakan sebuah proses pelepasan energi dari dalam secara tiba-tiba yang kemudian menyebabkan getaran. Menurut Bayong seorang Guru Besar Meteorologi Fisik Institut Teknologi Bandung dalam bukunya Pengantar Ilmu Kebumian, Gempa Bumi adalah suatu gerakan yang yang terjadi pada kulit bumi yang dihasilkan dari tenaga endogen. Pengertian dari tenaga endogen sendiri yaitu kekuatan yang terjadi karena adanya perubahan pada kulit bumi yang sifatnya membuat bentuk bumi menjadi tidak rata.
Pasca gempa bumi yang terjadi di Lombok, Pasirputih terus menjalankan program merespon bencana dengan ArtQuake dan Live In di beberapa lokasi pengungsian di Lombok Utara. di Pemenang, pada pertengahan September 2018 sebagian besar warga mulai kembali kerumah masing-masing untuk membersihkan dan membangun hunian sementara mengingat gempa bumi tidak lagi se-intens pada bulan Agustus lalu.
Kali ini tim pura-pura relawan Pasirputih dan Kampoeng Edukasi melangsungkan live in di Dusun Lokoq Kelungkung, Desa Senaru Kec. Bayan, Lombok Utara. kegiatan ini merupakan live In #4 setelah dilakukan di Selebung, Telok Borok dan Kujur. Dusun Lokoq kelungkung terletak di kaki Gunung Rinjani dan merupakan salah satu jebak gawah jalur pendakian Gunung Rinjani. Masyarakat Dusun Kelungkung terdiri atas pendatang dari berbagai daerah yaitu dari Lombok Timur dan Lombok Tengah.

Profesi masyarakat kelungkung adalah petani dan peternak. Lahan mereka terletak di perbukitan belakang permukiman. Masyarakat pun membangun sebuah lembaga pendidikan Islam yang bernama Madrasah Gaus Abdur Ar-Razak yang merupakan lembaga pendidikan berbasis Nahdlatul Wathan (NW) salah satu organisasi Islam terbesar di Lombok.
Kondisi rumah warga pasca Gempa sangat memprihantinkan, hampir semua rumah tembok tidak ada yang tersisa karena gempa bumi. Yang bertahan hanya rumah-rumah bdek (rumah adat sasak) yang terbuat dari kayu, ilalang dan bambu. “Palingan mun bale kayuq jak sek ne goyang-goyang doang ndek sampe ruk” jelas pak KADES Senaru saat duduk santai di berugak beliau.

Kegiatan Live in yang dilakukan di Kelungkung ini, kami membawa beberapa paket sembako kepada warga dan bekerja sama dengan beberapa komunitas selain Kampoeng Edukasi yaitu Sanggar Seni Dusun Midang dan Sanggar Belajar Dusun Kebun Indah. Kegiatan yang dilakukan diantaranya pemutaran film, edukasi kebencanaan dengan trauma healing dan pelatihan membuat video oleh Yayasan Pasirputih.

Warga begitu antusias saat mengikuti permainan dan pembelajaran yang dilakukan bersama kawan-kawan relawan. sambutan hangat warga mengakhirkan malam kami dengan mengkele (Makan bersama) dengan pemuda Dusun Lokoq Kelungkung.
Setelah itu Live ini #5 dilakukan di Dusun Medas Bedugul Desa Taman sari, Kec. Gunungsari Lombok Barat. Dusun Medas merupakan salah satu daerah yang persis sama dengan Lokoq Kelungkung. Warga yang tinggal di perbukitan dengan dilewati aliran sungai yang menjadi salah satu sumber pemanfaatan bagi kehidupan warga.
Sesampai kami di Medas, saat itu kami disambut ramah oleh warga yang tengah berkumpul di pengungsian. Sembako yang kami bawa langsung diturunkan dan dipilah oleh koordinator posko sesuai kebutuhan warga yang berada di titik pengungsian tersebut. namun ada semacam kekeliruan tim survei Pasirputih saat mengarahkan kami ke lokasi. Di medas, terdapat beberapa titik pengungsian yang dikelola dengan batas masing-masing dusun. Saat kami datang, kami diarahkan ke pengungsian utama warga yang ternyata bukan bagian dari Dusun Medas Bedugul akan tetapi posko tersebut adalah pengungsian warga Dusun Medas Bat Kokoq. Di pengungsian tersebut terdapat ceceran sembako yang tengah dipilah oleh warga. sementara pengungsian warga Dusun Medas Bedugul berjarak 100 M dari Pengungsian Medas Bat Kokoq.
Posko pengungsian Dusun Medas Bedugul terlihat sepi dan tidak ada tumpukan sembako seperti yang tedapat di posko Medas Bat Kokoq. Saat kami menanyakan kepada salah satu warga mereka mengatakan bahwa, posko Medas Bedugul selalu di lewati oleh para penyalur bantuan dengan alsan karena para penyalur menganggap warga yang berada di posko tersebut mendapatkan bagian dari posko utama Dusun Medas Bat Kokoq. Sementara itu, ada ketegangan antara pengelola tentang pembagian tersebut.

Live ini di Medas kali ini kami bekerja sama dengan Kampoeng Edukasi dan komunitas Bale Ade (Bale anak desa) yang berdomisili di Dusun Medas Bedugul. Bale Ade di komandoi oleh Ade Supardi merupakan salah satu kawan yang dulu pernah terlibat dalam satu agenda dengan Pasirputih. kegiatan yang kami lakukan di Medas adalah menonton Film, Edukasi kebencanaan (trauma healing) oleh kawan-kawan Kampoeng Edukasi dan konser kebersamaan oleh Tree O Amphibi dan pelatihan membuat video dengan smartphone oleh hamdani.
Setelah dari Medas kami, beberapa hari kemudian kami pergi Gili Meno dengan tema Camp Ceria Live In #6 di Gili Meno. Pada Camp Ceria Tersebut kami bersama Kempoeng edukasi dan Forum Lenteng berkunjung ke The This-kon milik salah satu Partisipan Pasirputih, Imran.

Camp Ceria tersebut menaggendakan beberapa kegiatan bersama warga diantaranya pemutaran film, edukasi-psikologi (Trauma Heling) oleh Kampoeng Edukasi dan konser kemanusiaan bersama warga. selain itu ada sesion berbagi yang diisi oleh Kampoeng Edukasi dengan Mas Acoy yang berbagi tentang bagaimana mengemas konten website agar terlihat lebih menarik.
Gili Meno merupakan salah satu daerah pariwisata Lombok Utara, daerah ini terkena dampak gempa dengan skala kerusakan bangunan sekitar 40%. warga Meno yang keseluruhan bekerja pada sektor pariwisata memiliki pamor cukup tinggi dibanding profesi warga yang lain. pada saat tim pura-pura relawan Pasirputih datang dengan membawa sembako untuk disalurkan ke warga. Tabiat warga meno seolah tidak membutuhakan bantuan tersebut, karena pada saat kami berkoordinasi dengan tokoh masyarakatnya mereka seolah acuh dan tidak mau mengurusi pembagian sembako yang kami bawa.
Saat datang di The this-kon kami pun memilah dan membagi paket sembako sejumlah Kepala Keluarga yang ada di Gili Meno. Aceq Dan Imran salah satu warga meno memberi arahan kepada kami agar sembako tersebut dibagikan dengan cara memanggil warga dan menerima langsung tanpa sambung tangan dari tokoh masyarakat.

Kunjungan kami Ke Gili Meno juga merupakan bagian dari proses persiapan kegiatan Bangsal Menggawe #3 2018 yang digadang-gadang sejak bulan maret lalu, namun dengan pertimbangan beberapa hal kegiatan tersebut di undur berkala hingga saat ini.
Live in yang selanjutnya kami lakukan di Dusun kelanjuhan Desa Gumantar, Kayangan Lombok Utara. Live In kali ini adalah sesion #7 dengan tema Huntara Bahagia. Kunjungan kami ke Kelanjuhan merupakan arahan dari kawan-kawan Lombok Guardian yang merupakan salah satu lembaga penyalur bantun kemanusiaan yang tidak lain adalah kawan-kawan Pawang Rinjani.
Titik pengungsian yang ada di Dusun Kelanjuhan merupakan titik dampingan Lombok Guardian dengan mengupayakan adanya pembuatan hunian sementara (Huntara) dan pemberdayaan potensi lokal. dalam kesempatan ini kami masih bersama Kampoeng Edukasi sebagai tim ahli dalam edukasi-psikologi (Trauma Heling) berbasis sains. Di kelanjuhan kami bersama warga memperindah hunian sememtara dengan corak warna warni dan mengajak anak-anak untuk bermain bersama.


Warga Dusun Kelanjuhan yang berprofesi sebagai petani dan peternak. Mereka masih memiliki lahan yang cukup luas. Kondisi ini membuat dampak gempa terhadap warga tidak se-mencekam jika dibandingkan warga di Pemenang atau Tanjung. Warga kelanjuhan cendrung lebih pasrah dan lekas menerima bencana sebagai teguran dari Tuhan. Salah satu warga mengatakan “kami tidak ikut demo ke gedung bupati. karena gempa yang terjadi bukan perbuatan mereka(Pemerintah)” cetusnya mersepon demonstrasi warga Lombok Utara menuntut percepatan bantuan dari pemerintah tanggal 26 September 2018.


