Jum’at, 6 Januari 2017, saya dan Syamsul Hadi, sekretaris pasirputih, bersilaturahim dengan Bapak Juhaidi Kepala Dusun Montong Bae, Pemenang Barat. Dusun ini adalah salah satu dusun yang mekar pada tahun 2015 . Montong Bae adalah satu dari 4 dusun yang mekar di wilayah Pemenag Barat, dari dusun sebelumnya yakni dusun Telaga Wareng. Dusun Montong Bae sendiri terbagi menjadi 4 Rukun Tetangga (RT).

Kami bertanya ke ibu-ibu yang sedang belanja di warung pinggir gang kecil menuju Montong Bae, “Maaf Bu, dimana rumah Kepala Dusun Montong Bae?”, lalu ibu itu menjawab, “oooo, coba cari di masjid dekat pohon asem, nanti di ujung gang ini anda akan melihat pohon asem dan masjid yang sedang di bangun, cari aja di sana, pasti Pak Kadus (Kepala Dusun) ada di sana, masih gotong royong”.
Kami langsung menuju rumah Bapak Juhaidi, terlihat jalanan nampak masih baru dan bagus, terlihat pembangunan gang ini masih belum lama. Sesampainya kami di masjid dekat pohon asem di ujung gang yang sebutkan oleh ibu itu, kami bertemu dengan salah satu warga di sana dan kami bertanya lagi dan beliau menunjukkan rumah Bapak Juhaidi.

Kami bertemu bapak Juhaidi yang sedang melihat-lihat tanaman yang ada di seputaran pekarangan rumahnya. Terlihat polybag-polybag berisi tanaman sayuran seperti cabe, tomat, terong, jahe dan beberapa tanaman obat yang biasa kita jumpai di kebun, sawah dan hutan. Pak Juhaidi dan istrinya dengan telaten merawat tanaman-tenaman tersebut.
Kami langsung dipersilahkan duduk di berugaq dan disuguhkan kopi dan pisang, kata pak Juhaidi, “ini pisang dari kebun pisang di belakang rumah.”
Pak Juhaidi cerita banyak tentang dusunnya sembari ngopi dan makan pisang. Pak Juhaidi terus bercerita. Sesekali, Hadi bertanya mengenai program yang ada di Dusun Montong Bae, prestasi yang sudah disabet dan bagaimana strategi Pak Juhaidi dalam mengajak warga untuk tetap kompak dan saling menghargai.
Pak Juhaidi menjelaskan program dan strateginya dalam mengembangkan Dusun Montong Bae. “Nama Montong Bae ini disetujui oleh semua warga disini, karena ada semacam pundukan/montongan tanah yang ada di kebun di kawasan dusun ini. Ya, kami namai aja Montong Bae.” Kata pak Juhaidi. Lalu kami penasaran dengan keberadaan pundukan ini. Dalam bahasa Sasak pundukan tanah disebut montongan tanaq. Montong/montongan= Gundukan. Bae= Saja. Maka, Montong Bae dalam bahasa indonesia berarti ‘Gundukan Saja’.
Menurut keterangan dari Bapak Juhaidi selaku Kepala Dusun Montong Bae, ada beberapa komunitas yang ada di Montong Bae dan memiliki program masing-masing, diantaranya:
- Remaja dengan programnya, Yasinan ke rumah anggota dengan cara bergiliran setiap minggunya.
- Arisan ibu-ibu dan kelompok Wanita Tani.
- Bapak-bapak dengan programnya Selakaran setiap malam bulan purnama atau setiap tanggal 15 Hijriah.
- Kelompok Ternak.
- Kelompok Tani Montong Bae (KTMB).
- Taman Pendidikan Qur’an (TPQ)
Program yang sedang dan terus berjalan di Dusun Montong Bae adalah Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Menurut Pak Juhaidi, program ini digerakkan mulai dari tahun 2015 lalu hingga sekarang dan keanggotaannyapun terus bertambah. Warga yang mulai memanfaatkan pekarangan/halaman rumah dengan menanam segala macam tanaman yang bermanfaat untuk sehari-hari seperti sayur-sayuran, tanaman obat dan lain-lain. Pak Juhaidi menambahkan, “Kami, di Dusun Montong Bae ini, dalam menjalankan program tanam, bukan dipaksa atau terpaksa, tapi wargalah yang menyadari pentingnya bertanam seperti ini. Akhirnya bertambah dan terus bertambah warga yang memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayuran menggunakan polybag atau karung bekas.”




Pak Juhaidi mengajak kami jalan-jalan mengelilingi Dusun Montong Bae. Sebagai Kepala Dusun, Pak Juhaidi menjelaskan batas dusun dan jalan dusun yang ada di dusunnya. Kami melewati satu jalan baru yang masih dalam proses pembuatan yang melintasi Dusun Montong Bae. Jalan ini menghubungkan Dusun Sumur Mual dan Dusun Bentek.

Perjalanan kami ini menuju ke Balai Pertemuan Dusun Montong Bae. Balai pertemuan ini merupakan tempat pertemuan segala macam kegiatan dusun, seperti rapat-rapat tingkat dusun, kunjungan pemerintah desa, kunjungan pemerintah daerah dan banyak lagi kegiatan lainnya. Selain itu, warga juga memanfaatkannya menjadi Taman Pendidikan Qur’an (TPQ).

Kemudian kami lanjutkan perjalanan ke rumah ketua Kelompok Tani Montong Bae (KTMB), yaitu Bapak Hafizun. Sesampai kami di rumah Pak Hafizun, kami menemukannya sedang makan. Jadi, kami langsung melanjutkan perjalanan menuju belakang rumahnya untuk melihat kebun yang ditanami banyak tanaman oleh warga sembari menunggu pak Hafizun selesai makan. Lalu kami berbincang-bincang mengenai program KTMB yang memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanam beberapa tanaman seperti sayur-sayuran dan lain-lain.
Menurut keterangan Bapak Hafizun ketua Kelompok Tani Montong Bae (KTMB) mengenai program tersebut, “Program ini sebenarnya swadaya masyarakat. Mereka bergotong royong secara bergantian, merawat tanaman mereka yang ada di rumah masing-masing. Yang menarik dari program ini adalah keterlibatan ibu-ibu ini yang luar biasa.” Jelasnya.
Ada sebidang tanah yang dipergunakan sebagai lahan pembibitan dan penanaman bersama yang berada tepat di belakang rumah Pak Hafizun. Warga secara bergiliran datang merawat tanaman yang ada di tempat itu, terutama ibu-ibu. “Saya salut sama ibu-ibu ini. Mereka rajin sekali dan terus datang menyambangi tempat ini.” Kata Pak Hafizun.
Hasil penjualan dari KTBM ini dijadikan sebagai kas tabungan kelompok. “Jadi, pepaya, cabe dan sayuran ini, kami jual ke Gili Trawangan. Istri saya setiap Minggu membawa hasil dari lahan di sini. Kemudian hasil penjualan, kami jadikan kas tabungan kelompok KTMB”.


Selain program pemanfaatan pekarangan, ada juga program yang bekerjasama dengan Desa Pemenang Barat dan Hivos yaitu Bio-gas, memanfaatkan kotoran sapi dan kotoran manusia sebagai gas untuk memasak menggunakan kompor gas dan pengganti minyak tanah untuk lampu pada saat listrik mati.
Sekitar 13 rumah yang sudah menggunakan Bio-gas di Dusun Montong Bae, Desa Pemenang Barat. Bapak Juhaidi mengatakan “Pengguna Bio-gas sepertinya akan bertambah nanti, mudahan kami dapat lagi program ini dari desa”.


Selain dijadikan sebagai pengganti gas elpiji, Bio-gas ini juga dijadikan pupuk organik dengan cara menyiramkan air limbah dari Bio-gas tersebut ke tanaman.
Kami melanjutkan perjalanan menuju ke kebun yang sudah diceritakan Pak Juhaidi tentang sejarah Dusun Montong Bae. Lokasi pundukan tanah ini tepat di tengah-tengah perkebunan warga. Ukuran pundukan tanah ini tidak begitu luas, diperkirakan 200 Meter persegi “yaaa kami memberi nama dusun kami karena adanya montongan ini, jadi ada bukti sejarah kenapa dinamai Dusun Montong Bae” kata Pak Juhaidi sambil Menunjukkan pundukan tersebut.

Tidak terasa sudah menjelang magrib. Suasana kebun sudah gelap. Foto Montongan yang menjadi icon sejarah dusun ini tidak terlalu jelas walaupun menggunakan blitz kamera. Kami beranjak balik ke rumah Pak Juhaidi. Setibanya kami di rumahnya, adik-adik yang ada di Montong Bae sedang persiapan untuk ngaji atau belajar ngaji. Pak Juhaidi selain sebagai Kepala Dusun, beliau juga menjadi tenaga pengajar ngaji di dusun Montong Bae.