Selasa, 21 Februari 2017 untuk kedua kalinya saya menjejakkan kaki di tanah nan elok dengan julukkan Negeri 1000 Masjid yaitu Lombok. Kali pertama saya datang ke Lombok di tahun 2015 lalu setelah 3 bulan mengerjakan projek seni di suatu desa di Bali, selain letak pulau Lombok yang bersebelahan dengan pulau Bali, saya dan suami juga memenuhi undangan seorang kawan muda yang penuh semangat berkomunitas di Lombok Utara yang “minta” untuk di tengok. Di samping itu, kedatangan kami kesana yaitu “ingin liburan” dan Lombok adalah salah satu tempat yang mengobsesi saya untuk berkunjung. Projek kesenian di Bali sudah selesai, jarak yang tidak terlalu jauh, dan obsesi yang sudah tertanam sejak lama, akhirnya pada pertengahan Januari 2015 itulah untuk kali pertama kami menginjakkan kaki di Lombok. Negeri yang indah, keramahan masyarakat dan semangat serta antusiasme teman-teman muda dari Komunitas Pasirputih melengkapi kunjungan kami. Sungguh pesona yang sangat membekas bagi kami.


Kini untuk kedua kalinya saya menjejakkan kaki di Lombok atas undangan kawan-kawan Komunitas Pasirputih yang akan menggelar pesta rakyat Bangsal Menggawe. Percakapan yang mengasyikkan terjadi ketika saya dijemput di Bandara Internasional Lombok, Praya, oleh seorang supir yang bernama Pak Awan dalam perjalanan dari Mataram menuju Pemenang, Lombok Utara tempat domisili teman-teman Pasirputih. Sambil menyetir mobil, Pak Awan dengan antusias mendengarkan cerita saya tentang situasi politik di Jakarta yang baru saja melakukan Pilkada yang cukup kontroversial dan menghebohkan seluruh Indonesia karena adanya upaya penjegalan untuk calon Petahana. Pak Awan dengan semangat mendengarkan penjelasan saya tentang hasil kerja yang telah dinikmati oleh masyarakat Jakarta. Dari kota yang sudah mulai tampak rapi karena penataannya yang sudah baik, transportasi massal yang murah dan nyaman, Kartu Jakarta Pintar upaya pemprov DKI yang mensubsidi anak-anak usia sekolah di Jakarta dengan nominal yang berjenjang sesuai dengan tingkatan sekolahnya (SD, SMP, SMA dan Universitas Negeri) serta tujuan subsidi KJP itu sendiri, Pasukan Oranye yang bertugas menjaga kebersihan kota Jakarta dari sampah, pasukan Biru yang bertugas sebagai menata dan menjaga saluran air, gorong-gorong dan sungai di Jakarta dengan gaji memakai Standar Upah Provinsi/UMP dan banyak hal lainnya tentang Jakarta.

Menjelang sore, sekitar Jam 3-an saya tiba di basecamp Pasirputih yang disambut oleh beberapa kawan disana. Percakapan dan diskusi menarik berlanjut kembali. Banyak hal yang kami percakapan dan didiskusikan, tidak hanya hal utama tentang perhelatan Bangsal Menggawe, dari hal yang sangat penting sampai hal yang “tidak penting” juga sih (ha..ha..ha..) diselingi kunjungan ke beberapa tempat perhelatan tersebut. Malam hari, seorang sahabat seniman teater dari Lombak datang bersilaturahmi dengan saya dan teman-teman ke Pasirputih. Diskusi menarik kembali terjadi, teman-teman yang ikut terlibat dalam diskusi itu satu persatu mulai menyerahkan diri pada kantuk, sampai tinggal kami bertiga yang masih bertahan menjelang subuh menyapa. Ah, hari yang melelahkan tetapi juga menyenangkan. Semangat!.
Teks ini ditulis oleh: Irawita