Tree O Amphibi: Kesederhanaan Bermusik Adalah Musik Masyarakat

Hari ini 28 Februari 2017. “Saya agak gemetar ketika memasuki ruangan seluas itu,” celetuk Muhammad Rusli Oka vokalis Tree O Amphibi memasuki ruangan aula Walikota Mataram tengah menghadiri undangan dari Aliansi Remaja Independen (ARI) NTB yang menggelar acara Talk Show sekaligus Rekrutment anggota baru yang bertema “Remaja Sehat Siap Berkarya”. Acara tersebut menghadirkan beberapa tokoh remaja yang berada di NTB untuk memberikan materi tentang Pernikahan Dini, MIRAS, Narkoba dan semacamnya, Tree O Amphibi diundang sebagai pengisi hiburan, memberikan suntikan semangat kepada para peserta yang berasal dari Komunitas Remaja dan beberapa Organisasi Kemahasiswaan yang ada di NTB.

Pukul 10:23 angka digital yang menyala di layar smartphone, sembari membuka beberapa pemberitahuan Facebook dan pesan Whatsapp. Kami tengah duduk sambil menikmati sekotak makanan ringan yang disiapkan panitia, sembari menunggu waktu untuk bersiap menyajikan alunan suara kolaborasi gitar dan suara unik dari personil Tree O Amphibi, sedang acara tersebut masih pada sesi pertama membahas tentang MIRAS, Narkoba, pergaulan dan semacamnya yang disampaikan oleh 2 pemateri yang salah satunya merupakan pendiri sekaligus penggagas ARI di NTB.

10:46 setelah setengah dari isi kotak snack terlahap, MC menyambut Tree O Amphibi, lalu mempersilahkan dengan meriah untuk mengisi tenggang waktu menuju sesi kedua Talk Show, dengan menyanyikan tiga buah lagu yaitu Batang-Batang, Yo Mari Yo Dan Segitu Doang, di hadapan ratusan peserta. Sumringah, antusias dan tawa ngakak para peserta tak terbendung ketika Oka membuka mic-nya dengan hal-hal sederhana yang menggelitik, sembari memperkenalkan personil Tree O Amphibi. Dody sebagai gitaris 1, Wisnu sebagai gitaris 2, Onyong  di drum dan Oka sendiri sebagai vokalis. Dan di setiap sela lagu, mereka mendeskripsikan beberapa hal tentang proses kreatif mereka. Al hasil, beberapa fans dari kumpulan peserta ingin berfoto ria bersama personil Tree O Amphibi.

Oka, vokalis Tree O Amphibi.

Setelah acara selesai, kami terhelat sejenak dialun-alun Taman Sangkareang Mataram, dengan suguhan beberapa gelas jus buah dan kopi sambil berbagi cerita, pengalaman dan merencanakan hal-hal baru untuk melejitkan Tree O Amphibi. Di tengah kami ada Ira Paseban (Irawita), salah satu seniman residensi Bangsal Menggawe yang sekaligus menjadi bunda bagi kami, memberikan sejenis wejangan kepada personil Tree O Amphibi agar selalu optimis dalam berkarya. bunda Ira pula yang selalu memasak untuk kami di kantor pasirputih. “perbaikan gizi untuk kesejahteraan sejuta ummat” sesekali spontan diucapnya. Bersama kami, Oka, Bunda Ira, Ayu, Dhoom, Wisnu, Onyong, Dody Dan Ijtihad masih tertawa lepas mengingat perkataan konyol yang dilontarkan Oka di acara tadi. Ada rencana bahwa konser selanjutnya Tree O Amphibi akan digelar di kantor pasirputih pada sabtu 4 maret 2017 untuk menyambut para seniman yang residensi pada kegiatan Bangsal Menggawe 2017 ini.

Tree O Amphibi pada awalnya merupakan sebuah kibulan yang secara tak sengaja diceletukkan oleh seorang video maker yang bernama Gelar Soemantri, ia salah satu anggota Forum Lenteng Jakarta, celetukan kata “Trio Amfibi” ini diperuntukkan bagi 3 orang anggota pasirputih, yaitu Oka, Hamdani dan Humaidi (Onyong), karena kekompakan mereka dalam sebuah proyek pembuatan video pada kegiatan Bangsal Menggawe 2016 lalu. Namun, seiring waktu nama Tree O Amphibi tak asing lagi di kalangan anggota Pasirputih untuk menyebut/memanggil tiga orang tersebut secara bersamaan.  “Tree O Amphibi  awalnya memang kibulan yang menggelitik namun hal itu dianggap sebagai semangat untuk tetap berkarya”, tegas Oka saat wawancara pada 28/2/2017. Kini, nama “Trio Amfibi” dipermak menjadi “Tree O Amphibi. Supaya lebih keren!

Peserta Talk Show pada acara Aliansi Remaja Independen (ARI) NTB.

Tree O Amphibi sebagai Grup Video Maker ber-metamorfosa menjadi grup musik, mulanya pada acara Be-Young II “Main Pinggir” Agustus 2016 lalu, yang dilaksanakan di Pantai Sira, Tanjung, Lombok Utara. Ini merupakan kegiatan temu remaja. Tree O Amphibi hadir sebagai pengisi hiburan bagi peserta pada saat itu yang berasal dari beberapa sekolah di Lombok Utara dengan menyanyikan lagu grup band yang dinamakan The Panas Dalam. Saat itu Tree O Amphibi masih belum menciptakan lagu sendiri karena masih mengadopsi lagu-lagu dari Slank, Iwan Fals Dan The Panas Dalam. Seiring perjalanannya, selain aktif memproduksi video, mereka juga menciptakan beberapa lagu disela-sela kesibukan, tepatnya pada saat kegiatan OpenLab kameratext yang berkolaborasi dengan Komunitas Akar Pohon Mataram, Tree O Amphibi di ”Bai’at” menjadi grup musik oleh anggota pasirputih dan mulai aktif mencipta lagu, mengkolaborasi suara apapun yang ada di sekitar, sendok dengan gelas, piring , meja, kursi, apapun yang menghasilkan suara jika dipukul menjadi alat mareka bermain musik untuk menghibur diri saat berkarya.

Dari wawancara ekslusif yang kami lakukan, Oka berpendapat bahwa “Musik mereka adalah bagian dari Musik Folk (Musik Rakyat) istilah tersebut yang pertama kali diciptakan oleh Thomas William, seorang berkebangsaan Inggris di tahun 1846 untuk menggambarkan tradisi, takhayul atau adat istiadat dari rakyat di suatu negara.” Lanjut  menjelaskan tentang realitas bermusik, khususnya teman-teman muda, terjadi kekeliruan dalam memaknai sebuah karya musik, yang dianggap harus memiliki “Kesempurnaan” dalam beberapa segi, yang menurut Oka, musik tidak harus dengan drum lengkap, karena ember plastik pun bisa menirukan suara, walau tak sebagus drum, tapi cukup memberikan warna dan dapat menciptakan suara yang indah jika dikolaborasikan dengan gitar/acoustic atau apapun. Tree O Amphibi memaknai musik dengan sangat sederhana, tergambar dari beberapa lagu yang mereka ciptakan seperti beberapa judul lagunya, Segitu Doang, Batang-Batang, Bakwan Setan dan masih banyak lagi lagu-lagu yang mereka ciptakan.

Sebut saja, Setahun berkarya… Tree O Amphibi yang pada mulanya tiga orang, kini menjadi lima personil dengan dua tambahan personi yaitu Dody dan Wisnu, sebagai gitaris I dan 2, ketika dipertanyakan tentang kata Trio yang dalam pembahasaan berarti tiga, namun kini mereka berlima yang seharusnya berubah menjadi Panca. Oka membantah itu dengan alasan bahwa matematika fleksibel adalah “trio itu bisa diartikan sepuluh, seratus, sejuta, terserah saya karena pembahasaan itu tidak baku” tegas konyolnya menjawab pertanyaan yang kesekian dari beberapa pertanyaan sebelumnya. Ia pun menfilosofikan kata Amphibi sebagai makhluk yang hidup pada dua kehidupan, perspektifnya memandang dari karya yang dihasilkan. Dua kehidupan yang ia maksud ialah ketika Onyong tetap membuat video, iapun dapat bermusik, atau Dody yang hidup berkarya dengan grafitinya, namun ia tetap dapat bermusik atau Wisnu sebagai bartender di sebuah cafe di Gili Trawangan, namun ia tetap bermusik. Jadi nama Tree O Amphibi yang awalnya adalah kibulan dari Si Gelar, mereka revisi menjadi kata yang memiliki filosofi tersendiri.

Karya yang diciptakan Tree O Amphibi sebenarnya adalah tentang sekitar dan tentang keseharian masyarakat secara umum, yang dalam salah satu lirik lagu mereka yang berjudul “Segitu Doang”.

Bangun.. Bangun Lagi

Mandi… Mandi Lagi

Makan… Makan Lagi

Merokok… Merokok Lagi

Tidur… Tidur Lagii

Segitu Doang… 5x

Lagu ini menceritakan tentang keseharian orang secara umum. Begitulah lirik-lirik dari lagu mereka. mendefinisikan, mendeskripsikan dan menjadikan aktivitas, kalimat bahkan makanan yang mereka suka menjadi lagu.

Sesi foto bareng usai acara

Selain itu, Tree O Amphibi pernah bernyanyi dengan Ipank BIP. Musisi jakarta yang kebetulan mampir di Kantor pasirputih beberapa minggu lalu. Dengan PD, Tree O Amphibi menyanyikan lagu perdana mereka yang berjudul “Batang-Batang”. Barangkali ini menjadi semangat bagi mereka untuk terus berkarya. Tree O Amphibi pun telah memiliki manager yaitu Ahmad Rosidi atau sering dipanggil Dhoom, yang tugasnya mengatur jadwal manggung dan jadwal latihan mereka.

Tree O Amphibi kini tengah memiliki program yang bernama “Dadakan Stage” yang merupakan program yang diinisiasi oleh mereka yang menganggap, bahwa semua tempat adalah panggung dan semua suara adalah musik, sehingga mereka seringkali perform secara tiba-tiba. Di dapur, di pantai, di teras, bahkan di Alun-alun. Mereka mewacanakan musik sebagai karya expresif, lirik-lirik sederhana dan dengan mudah dipahami oleh masyarakat (audien).

Sehingga Tree O Amphibi berharap, karya bermusik mereka dapat dimaknai sebagai sesuatu yang dapat mencerahkan pemahaman para musisi yang memiliki skill bermusik, namun mental bermusiknya masih secuil. Karena kesederhanaan bermusik itu, menyatu dengan warga dalam karya yang baik, memposisikan diri bukan sebagai artis/seniman, musisi terkenal melainkan menjadi masyarakat, memakai perspektif masyarakat dan berkarya sebagai masyarakat.

Usai acara, tim Tree O Amphibi nongkrong di Taman Sangkareang Mataram.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.