Ucok Dan Aang Bereksperimen Mempersiapkan Worshop

Kamis 9 Maret 2017. Sekitar 5 cm pada tiap potongan, Ucok tengah memotong batang aluminium untuk dijadikan sebagai alat pembuat tali plastik dari botol bekas kemasan air mineral, dengan alat pemotong aluminium milik keluarga Aang, yang kebetulan sebagai jasa pembuat rangka berbahan dasar aluminium, seperti etalase, meja, dan sebagainya. Di pekarangan rumah Aang,  yang merupakan mitra Ucok pada Bangsal Menggawe 2017. Membuat tali berbahan dasar botol bekas kemasan air mineral, sebenarnya sebagai inisiasi kreatif untuk memanfaatkan sampah plastik tersebut, agar dapat dimanfaatkan karena selain kuat, tali dari botol bekas tersebut juga dapat menjadi anyaman seperti tas, tikar dan sejenisnya, bahkan dapat juga dimanfaatkan sebagai instalasi seni yang cukup artistik.

Pembuatan tali tersebut tidak terlalu membutuhkan banyak bahan, cukup menyiapkan potongan batang aliminum ukuran 5 cm (Relatif), cutter/silet, kayu reng, mur dan baut serta botol. Yang dirangkai dengan pola yang cukup sederhana. kemudian digunakan seperti ditarik saja dengan ukuran sesuai kebutuhan, dan botol yang dipanaskan terlebih dahulu agar berputar dan terpotong mulus saat ditarik menjadi tali.

Ucok sedang memasang bahan.

Dalam proses tersebut, Ucok merasa kewalahan dan sesekali terhenti memikirkan bagaimana pola pembuatan alat tersebut, sesuai keinginan sementara, alat yang digunakan untuk membentuk pola seperti gergaji besi untuk mengiris setengah batang aluminium, yang berfungsi sebagai penahan cutter setelah dimasukkan kedalam potongan kayu tersebut tidak ada. Sempat berencana untuk membeli di toko bangunan, namun setelah 17:00 sore, toko bangunan tutup dan saya bersama Aang dan Ucok, memutuskan untuk duduk sejenak karena adzan Magrib segera dikumandangkan.

Obrolan ringan mengupas siasat, untuk dapat menyelesaikan pembuatan alat pembuat tali dari botol bekas kemasan air mineral, hingga mengupas persoalan politik, rasisme keagamaan serta berbagi pengetahuan dan pengalaman Ucok yang pernah menginjakkan kaki ke lebih dari 20 negara, dan menceritakan bagaimana perbandingan sistem kebijakan pemerintah luar negri seperti Taiwan, Malaysia dan yang lainnya dengan negara Indonesia, yang dari beberapa segi masih jauh tertinggal dari negara-negara tersebut. Ucok pun menegaskan bahwa dalam benaknya, aktivitas berkesenian dalam taraf mengadakan kegiatan workshop atau sejenis pelatihan apaun, bukan melihat dari banyaknya peserta yang mengikuti kegiatan tersebut, melainkan bagiamana memandang kualitas peserta yang mengikuti.

Dari semua peserta yang mengikuti, cukup satu orang yang dapat meneruskan pengetahuan yang kita bagi, saya merasa cukup sukses apalagi semua peserta .. waaahh,, sukses banget tuuhh” tegas Ucok sembari tersenyum kecil.

Ucok dan Aang berkolaborasi.

Ucok berpendapat bahwa perspektif seni berguna sebagai pemicu, agar warga dapat mengetahui apa yang kita lakukan, bukan lantas harus mengikutinya. Obrolan kami terhenti karena beberapa menit sebelumnya berencana untuk pergi ke rumah Husna (warga Karang Subagan), Husna adalah salah seorang warga yang cukup kreatif dan sempat menyaksikan video tutorial pembuatan alat pembuat tali tersebut, dan kabarnya ia telah berhasil membuat alat tersebut. Tak lama, kami pun beranjak ke rumah Husna untuk melihat hasil dari experiment yang ia buat.

Cukup menarik dan sangat sederhana. Karya Husna berbeda dengan tutorial video yang mereka tonton. Hanya bermodal sebuah cutter utuh dan beberapa ring yang dipasang pada dua mur baut berjarak 2 cm di tas papan datar. Cukup sukses, namun hasilnya belum optimal, karena ukuran potongan yang tidak beraturan. Ucok mulai mengeluarkan beberapa bahan untuk membuat alat tersebut seperti beberpa potongan aluminum dan potongan reng yang disiapkan tadi sore.

Sesekali tertawa lepas dengan celetukan konyol Husna, sembari Ucok membelah setengah dari aluminium dengan gergaji besi milik Husna

Alat apapun yang dicari ada disini” kata Husna sambil menujukkan beberapa karya kreatifnya seperti keset, dan tas yang terbuat dari bekas bungkus kopi kemasan, dan wajar saja Husna adalah Seorang tukang Serba bisa,” katanya.

Ucok dan Husna bertemu.
Aang, Husna, dan Ucok bereksperimen.

Beberapa kali percobaan dilakukan. Putus, putus lagi, lagi dan lagi. Beberapa kali percobaan untuk menggunakan alat pembuat tali dari botol bekas kemasan air mineral tersebut belum dapat digunakan secara optimal.

Hingga beberapa kali mengulik, melebarkan, mengganti potongan cutter dilakukan oleh Ucok, Husna dan Aang, yang pada akhirnya alat tersebut dapat digunakan setelah beberapa kali diotak-atik dan menemukan persoalan inti tentang jarak dan ukuran kayu yang harus menyesuaikan bentuk botol, agar saat ditarik tidak mandek dan tidak putus. ***

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.