Bangga Terdampar di IAIN Mataram

Oleh: Idham Khalid | Berugaq Pictures IAIN Mataram

Saya anak bungsu dari empat bersaudara. Terlahir dari seorang ibu bernama Mahnim, dan bapak berna Mahrup. Tempat tinggalku di Dusun Tanggong, Desa Darek, Kecamatan Praya Barat Daya, Kabupaten Lombok Tengah. Rata-rata pekerjan penduduk di desaku sebagai petani. Bapak dan ibuku juga sebagai petani. Merasa tidak cukup untuk menghidupi keluarga melalui cocok tanam di kampungku, bapak dan ibu ku pergi merantau ke Sumbawa, mencoba tanah Sumbawa untuk bercocok tanam. Kali ini, yang ditanam adalah semangka, bukan padi. Sebab menurut bapakku, tanah Sumbawa lebih cocok ditanami semangka ketimbang padi.

Rumahku di Sumbawa.
Rumahku di Sumbawa.

Sumbawa yaitu pulau yang berada di sebelah timur Pulau Lombok. Sekitar dua jam menyebrangi laut untuk menuju pulau itu. Bapak mulai merantau ke Sumbawa, sekitar tahun 90-an. Tapi bapak tidak menetap di sana.  Bapak bolak-balik ke Lombok. Sebab, bapak tidak mau meninggalkan panen padi di Lombok. Setip selesai musim panen padi di Lombok, bapakku bepindah kesumbawa untuk menanam semangka dan itu dilakukan rutin setiap tahun. Oleh karena itu saya sering dibawa kesana-kemari, dan masa kanak-kanaku lebih banyak di Sumbawa.

Peta Nusa Tenggara Barat
Peta Nusa Tenggara Barat

Setelah saya masuk sekolah dasar di Lombok, baru saya jarang ke Sumbawa. Saya hanya pergi bila waktu libur semester. Sampai sekarang saya hanya bisa pergi menunggu waktu libur. Tidak terasa kemudian aku sudah barada di bangku Madrasah Aliyah.  Saya sekolah aliyah di Yayasan Darul Hikmah, sebuah marasah yang berada di desaku, yang didirikan oleh salah seorang tokoh agama yaitu Tuan Guru H. Wildan Hali. Dunia pendidikan yang selalu membuatku terdorong atas rasa ingin tahu. Hal ini yang mendorongku melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Dunia pendidikan menuntut perkembangan intelektualitas,  membuatku optimis masuk perguruan tinggi. Sejak di bangku Sekolah Dasar, Madrasah Tsanawiah sampai aku tamat Madrasah Aliah,  saya lebih suka pelajaran sosial daripada ilmu eksak. Waktu itu bulan April ,saya diberi tahu oleh Idham Khalid salah satu pegawai tata usaha di sekolah, kebetulan namaku sama dengannya, memberitahukan saya tentang ada pembukaan masuk perguruan tinggi se-Indonesia, yang disebut Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri (SNPTN). Beberapa siswa berprestasi, atau yang masuk 10 besar, dianjurkan untuk ikut seleksi ini. Meskipun peringkat saya pas-pasan yaitu peringkat kesepuluh, saya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Saya ikut seleksi tersebut dengan mengisi sejumlah persyaratan yang sudah ditentukan diantaranya nilai raport dan data keluarga, yang diisi melalui web resmi masing-masing universitas. Seleksi SNPTN ini tidak perlu mengikuti tes atau menjawab soal hanya memasukan data persyaratan tersebut. Data yang kita kirim itulah yang nantinya menjadi penilaian masuk ke perguruan tinggi.

Karna harus memilih dua universitas yang ditawarkan dalam seleksi SNPTN, saya memilih Universitas Mataram dengan memilih dua rencana jurusan yaitu, Hukum dan Perairan. Setelah itu di Universitas Brawijaya ada satu pilihan rencana jurusan, dan saya mengambil jurusan Sastra Inggris. Setelah saya menunggu pengumuman pada bulan April, ternyata saya tidak lolos dalam seleksi tersebut.

Rektorat Universitas Mataram.
Rektorat Universitas Mataram.

Persaan kecewa sangat tersa di hati. Tapi itu tidak mematahkan semangatku untuk masuk perguruan tinggi, karna masih banyak seleksi perguruan tinggi yang lain yang masih belum dibuka. Tidak lama kemudian, ada lagi informasi masuk perguruan tinggi yaitu seleksi bersama masuk perguruan tinggi negri yang disingkat SBMPTN. Dalam hal ini saya memilih UNRAM lagi dengan jurusan yanag sama yaitu fakultas Hukum. Waktu itu, saya harus membayar uang sebesar Rp. 200.000,- (Dua Ratus Ribu Rupiah), di bank. Sebelumnya semua yang mendaftar harus mengikuti tes yang waktu itu dilaksanakan di fakultas pertanian UNRAM.

Setelah tiba pengumuman pada bulan Mei saya merasakan kecewa yang kedua kali, saya tidak lulus lagi. Seleksi masuk ke Universitas Mataram tinggal melalui jalur mandiri. Jika lulus harus membayar daftar ulang yang mecapai sekitar Rp. 8.000.000,-.  Hal tersebut mebuat saya mengurungkan niat untuk masuk ke UNRAM, karena orangtua saya tidak akan mampu untuk mebayar dengan sejumlah itu. Dan betul terbukti. Seorang teman saya, yang berlatarbelakang ekonomi yang sama dengan saya, lulus jalur seleksi mandiri, tapi kemudian mundur dan meninggalkan peluangnya berkuliah di UNRAM, karena harus membayar sejumlah uang seperti yang saya sebutkan tadi di atas.

79944f7654c9f664581a0d97adb8afe9_XL

Dari hal itu, saya mencoba masuk salah satu perguruan tinggi mataram yaitu Institusi Agama Islam Negeri Mataram (IAIN) mataram. Dimana terdengar asing buat saya, karena hanya Unram yang tekenal di desa saya. Setelah berfikir, daripada saya ‘nganggur’,   tidak ada kerjaan, lebih baik masuk IAIN. AKhirnya, saya pun terdampar  di IAIN Mataram melalui jalur Seleksi Perestasi Akademik Perguruan Tinggi Agama Negri (SPAN-PTAIN 2014).  Saya mengambil jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI),  Fakultas Dakwah.

Walaupun sedikit tidak semangat mengambil jurusan ini, saya berusaha untuk mengikhlaskan semua. Setelah beberapa bulan saya mengikuti kegiatan kuliah , saya menemukan banyak pelajaran dan pengalaman, diantaranya jurusan saya ini bergelut di bidang media dan jurnalime. Saya mempelajari dunia media, diantranya Pertelivisian, Radio, Pers, dan karena ini IAIN, maka tidak lupa kami mempelajari akhlak yang islami.

Dulu saya tidak pernah berfikir bisa memegang  kamera. Saya hanya bisa melihat dari layar televise. Tapi sekarang, bukan saja memegang tapi mengoprasikannya saya bisa. Dari pelajaran tentang radio, saya mendapatkan pelajaran yang nengesankan bagimana mengolah suara dan belajar bahasa yang baik dan benar dalam dunia pers. Saya mendapatkan pelajaran dan menurut saya sangat menambah wawasan, dimana kita bisa mendapat informasi dari teman-teman pers yang bergelut di bidang pemberitaan. Selain itu,  saya ikut serta tergabung dalam sebuah komunitas. Komunitas Berugak Pictures. Akhirnya, saya bersyukur kepada Allah telah mendamparkan saya di IAIN mataram.

Referensi Photo:

* Dokumentasi pribadi

* Google Image

________________________________________________________________________________

Tulisan ini dibuat dalam rangka workshop Literasi media yang diinisiasi oleh Komunitas pasirputih Lombok Utara dan Berugaq Pictures IAIN Mataram.

 

IMG_20150314_174533

Tentang Penulis:

Idham lahir di Darek, Praya Barat Daya, Lomobk Tengah, 21 Juli 1996. Lelaki yang hobi bermain  bulutangkis dan bermain musik ini adalah mahasiswa Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam,  Fakultas Dakwah IAIN Mataram.  Selain aktif berkuliah, ia juga aktif di Komunitas Berugaq  Pictures.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.