Cerita Sang Pengrajin Perak

Oleh: Muhammad Sibawaihi | Komunitas pasirputih

Pariwisata, sebagaimana disebutkan dalam UU Kepariwisataan RI NO. 10 Tahun 2009, Pasal 5, bahwa  Kepariwisataan diselenggarakan dengan beberapa prinsip. Diantaranya dengan menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya, menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya dan kearifan lokal, memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas, memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup, memberdayakan masyarakat setempat, menjamin keterpaduan antar sektor, antar daerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antar pemangku kepentingan, mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata dan memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sekilas, jika semua sektor pariwisata dijalankan dengan prinsip ini, maka fungsi pariwisata sebagaimana tercantum dalam pasal 3 Undang-undang yang sama, akan terpenuhi. Namun seringkali, dalam praktek pariwisata justru tidak berlandaskan pada UU yang sudah dibentuk oleh badan terhormat. Niatan pariwisata sebagai tonggak kesejahteraan sering terabaikan. Baik oleh penentu kebijakan, para pekerja pariwisata dan juga wisatawan sendiri.

Dari kalangan pemerintah misalnya, sedikitnya sosialisai kepada para penggiat pariwisata, serta sedikitnya pelatihan pengelolaan pariwisata membuat praktek wisata menajdi amburadul, dan tidak sesuai dengan tujuan UU Kepariwisataan.

Kemudian, tidak terejawantahankannya Undang-Undang Kepariwisataan oleh pekerja pariwisata, seringkali  disebabkan oleh mereka yang bekerja pada sektor itu sendiri. Kasus yang terjadi di Bangsal contohnya, menurut Pak Nanang, Kepala Seksi  Pemasaran Pariwisata Kabupaten Lombok Utara, bahwa citra buruk Bangsal disebabkan oleh para pekerja wisata yang ada di Bangsal. Etika pekerja yang tidak baik, seperti penipuan kepada para wisatawan, kebohongan dalam malakukan transaksi jual beli, tingginya ongkos transportasi dibandingkan dengan jarak yang ditempuh, membuat sektor pariwisata Bangsal merosot. Beliau juga menegaskan bahwa citra buruk Bangsal sudah diketahui oleh dunia. Banyak wisatawan asing yang menceritakan pengalaman mereka di Bangsal melalui internet.

Tempat Kerja Sahrul Si Pengrajin Perak. Image: Muhammad Sibawaihi
Tempat Kerja Sahrul Si Pengrajin Perak. Image: Muhammad Sibawaihi
RuangKerja Sahrul Si Pengrajin Perak. Image: Muhammad Sibawaihi
RuangKerja Sahrul Si Pengrajin Perak. Image: Muhammad Sibawaihi

Berbicara tentang hal tersebut, belum lama ini saya berbincang panjang lebar dengan salah seorang teman. Ia adalah pembuat cendramata. Sejak menyelesaikan Pendidikan Menengah Atas, ia menekuni kerajinan perak. Ia sangat pandai membuat kalung, gelang, cincin dan berbagai jenis perhiasan. Namanya Sahrul. Sahrul bekerja dengan alat seadanya. Ia mendirikan sebuah bengkel perhiasan dirumahnya. Sebuah bengkel sederhana yang terbuat dari bambu. Meski sederhana, namun tempat kerjanya nampak sangat menarik.

Sahrul Sedang Mengerjakan Orderan. Image: Muhammad Sibawaihi
Sahrul Sedang Mengerjakan Orderan. Image: Muhammad Sibawaihi
Sahrul Sedang Mengerjakan Orderan. Image: Muhammad Sibawaihi
Sahrul Sedang Mengerjakan Orderan. Image: Muhammad Sibawaihi
Sahrul Sedang Mengerjakan Orderan. Image: Muhammad Sibawaihi
Sahrul Sedang Mengerjakan Orderan. Image: Muhammad Sibawaihi

Awalnya, perbincangan kami hanya seputar bagaimana pariwisata mempengaruhi kerjanya. Sahrul sendiri mengakui bahwa keberlanjutan usaha yang ia tekuni, bergantung bagaimana kondisi sektor pariwisata. Jika pariwisata mati, maka usahanya pun akan mati. Namun sebaliknya, jika pariwisata stabil, maka usahanya akan bertahan. Ia menceritakan bagaimana kondisi pekerja pariwisata sepertinya ketika kasus Bom Bali. Kejadian Bom Bali membuat kondisi pariwisata Lombok menjadi terancam. Pada waktu itu, usahanya sempat gagal. Namun ia mencoba bangkit lagi dan bertahan sampai sekarang. Maka, baginya sangat penting untuk menciptakan kondisi pariwisata yag baik. Mulai dari tingkat penentu kebijakan, sampai pekerja pariwisata yang terkecil pun. Sebab, jika keseimbangan antara pemerintah dan masyarakat sudah terwujud, maka parwisata yang diharapkan sebagai upaya mensejahterakan masyarakat bisa terpenuhi. Tidak bisa hanya satu pihak yang belajar dan memahami hal ini. Kesadaran, pehaman dan sumberdaya masyarakat di sekita area wisata  juga perlu diperhatikan.

Sahrul Memanaskan Perak. Image: Muhammad Sibawaihi
Sahrul Memanaskan Perak.
Image: Muhammad Sibawaihi
Sahrul Sedang Mengerjakan Orderan. Image: Muhammad Sibawaihi
Sahrul Sedang Mengerjakan Orderan. Image: Muhammad Sibawaihi

Ketika asyik ngobrol, datanglah seseorang yang sudah lama tidak bertemu lagi dengannya. Orang yang baru datang tersebut, memberitahu Sahrul bahwa ada yang ingin berbicara dengannya melalui telpon. Lama sekali Sahrul ngobrol dengan orang tersebut Sahrul lebih banyak mendengarkan. Sahrul hanya tersenyum, sesekali tertawa dan sesekali terdengar ungkapannya.

“Waduh, mimpi apa saya tadi malam…?”

“Ada apa ini? Kok tumben?”

“Waduuuh, itu sudah lama sekali…”

“Saya belum bisa ke Mataram, Pak!”

“Ha ha ha ha… em.. em… ha ha ha…!”

Setelah cukup lama mengobrol, dan orang yang tadi datang sudah pergi, Sahrul pun bercerita kepada saya.

Sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu, Singgahlah seorang wisatawan dari Jepang yang kebetulan lewat di depan bengkelnya. Wisawatan tersebut singgah dengan seorang tour guide nya. Melihat hasil kerja yang cukup bagus, sang wisatawan menjadi tertarik. Apalagi setelah Sahrul memberitahukan bahwa pekerjaannya tidak menggunakan bantuan mesin. Ia hanya memanfaatkan alat seadanya dan lebih mengutamakan kemahiran tangan. Si Jepang menjadi sangat tertarik, dan memesan perhiasan dalam jumlah yang sangat banyak.

Alat-alat Kerja Sahrul yang Sederhana. Image: Muhammad Sibawaihi
Alat-alat Kerja Sahrul yang Sederhana. Image: Muhammad Sibawaihi
Mesin Pengepresan Perak. Image: Muhammad Sibawaihi
Mesin Pengepresan Perak. Image: Muhammad Sibawaihi

Sahrul menjadi sangat senang. Baru pertama dalam hidupnya mendapat orderan yang banyak. Saking banyaknya, Sahrul tidak tahu pasti berapa yang jelas “…satu ember…”, kata Sahrul. Perjalanan selanjutnya, karena sang wisatawan sangat senang, pada kedatangan berikutnya, sanga wisatawan berjanji memberikan modal usaha untuk Sahrul. Sahrul sudah dianggap seperti anaknya sendiri. Ia sering diajak menginap di hotel dan makan makanan mewah. Sesuatu yang belum pernah terjadi dalam hidup Sahrul. Entah dengan alas an apa tuhan memberikan dia kesempatan seperti ini. Tergambar diwajahnya masa depan yang cerah. Sukses menjadi seorang pengusaha perak.

Namun angan-angannya hilang, ketika sang Tour Guide mulai membaca peluang. Perjalanan selanjutnya terhambat. Sang Gudie, tanpa diketahui oleh sang tourist,  berupaya membuat permainan curang. Si Tourist yang biasanya langsung memberikan uang ke sahrul, entah dengan alasan apa, tiba-tiba menitipkan uang lewat si Guide. Namun, si Guide tidak memberikannya langsung. Ia meminta Sahrul mengambil uang tersebut jika Sahrul butuh sesuatu.

IMG_20140403_110723 IMG_20140403_110655

Alat Kerja Yang Sederhana. Image: Muhammad Sibawaihi
Alat Kerja Yang Sederhana. Image: Muhammad Sibawaihi

Satu, dua, tiga bulan uang tersebut tidak diberikan. Sampai saat ini, sudah enam tahun lebih Sahrul tidak mendapatkan haknya. Sampai saat ini, Sahrul sudah tidak mau lagi mengingat hal tersebut. Tidak hanya sekali. Kasus yang sama menimpanya dengan seorang wisatawan lokal dari Surabaya. Sang wisatawan berjanji juga memberikan modal usaha, dengan alasan kerja Sahrul yang ia nilai cukup baik. Namun lagi-lagi apa yang harusnya menjadi hak Sahrul diambil oleh sang Guide.

Kisah di atas, layak untuk sama-sama kita pelajari. Ada pola yang salah, dan memang sering terjadi. Satu kasus pernah menimpa salah seorang temanku dari Australia. Namanya Jane. Ia pernah tinggal di kawasan wisata Senggigi, Lombok Barat. Aku tahu banyak tentang pengalamannya, karena aa pernah mengajar Bahasa Inggris di tempat aku menjadi kepala sekolah dulu. Ia sering sekali mengalami penipuan-penipuan. Baik itu berkedok  bantuan sampai berkedok asmara.

Memang sangat ironis. Ketika kita sama-sama mendambakan sebuah atmosfer wisata yang baik, justru ada pihak-pihak yang membuat ancaman bagi keberadaan wisata. Jika kita merujuk kepada PAD Kabupaten Lombok Utara dari sektor pariwisata, bahwa pendapatan PAD Lombok Utara sangat besar dari sektor ini, maka haruslah segera mencari upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada, terutama masalah di Bangsal. Sebab, jika kondisi tetap seperti ini, sangat besar kemungkinannya pariwisata Lombok Utara akan hancur. Terlalu banyak memang yang harus diperbaiki. Tapi, bukan berarti tidak bisa diperbaiki. Selama ini memang, belum ada peta yang jelas tentang bagaimana aset pariwisata di Lombok Utara di kelola. Beberapa kali sempat saya sendiri mendengar isu akan adanya pariwisata berbasis kearifan lokal. Selain itu, akan dibentuknya kampung wisata yang akan menyajikan khazanah budaya Lombok Utara. Namun sampai saat ini, belum bisa terwujud.

Selain menunggu dari dari pemerintah, masyarakatpun harus juga mempersiapkan diri dengan baik. Kesiapan masyarakat menjadi sangat penting. Sebab, mereka langsung akan berbenturan dengan budaya-budaya luar yang hadir. Jangan sampai adat-istiadat, kebudayaan serta  kearifan lokal menjadi tumbal, karena perbenturan budaya luar tersebut. Selain kesiapan secara mental, dibutuhkan juga kesiapan secara ilmu dan pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang memadai, akan membuat pariwisata lebih kaya.

Sumber tertulis: Buku Undang – Undang RI No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Penerbit: Citra Umbara, Bandung

_________________________________

Tulisan ini dibuat dalam rangka Program AksaraMedia Komunitas pasirputih. Sebuah upaya penyadaran masyarakat terkait bagaimana kerja media, dan memanfaatkan media untuk kepentingan warga. Silahkan kunjungi Blog AksaraMedia

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.