Mempolong Merenten

Selasa, 14 Maret 2017. Pertemuan para seniman residensi Bangsal Menggawe 2017 dengan H. Raden Nuna Abriadi, S. IP. Ia seorang politisi dan pemerhati budaya. Pertemuan kali ini akan membahas mengenai Mempolong Merenten. Pertemuan ini untuk mendiskusikan lebih lanjut program Bangsal Menggawe 2017 yang menyangkut tradisi, adat istiadat dan budaya setempat. Mengenal masyarakat Lombok Utara merupakan poin penting bagi para seniman untuk lebih memahami tradisi, adat istiadat dan budaya sekitar agar lebih mudah merancang konsep dan bentuk program selama berkolaborasi dengan masyarakat. H. Raden Nuna Abriadi menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan diskusi malam ini. Diskusi akan memperkuat toleransi dan memerangi disintegrasi. Salah satu contoh konkret yang dilakukan adalah dengan  mendukung para seniman berkolaborasi dengan masyarakat pada Bangsal Menggawe tahun ini.

Seniman yang hadir malam ini Andreas Siagian, Citra Sasmita, Daniel Emet, Hamdani, Fatih Kudus Jaelani, Nia Agustina, Zakaria.

H. Raden Nuna Abriadi, S. IP

Karakteristik masyarakat Kabupaten Lombok Utara tidak terlepas dari pengaruh Jawa dan Bali, masyarakat Lombok Utara memiliki karakteristik yang berbeda dengan masyarakat Lombok yang lain, dilihat dari pranata sosialnya seperti agama, kesenian, adat istiadat, ekonomi, dan pendidikan. karakteristik ini terbangun secara turun temurun dan harus dijaga oleh semua element masyarakat, lebih–lebih pemerintah yang harus membuat Peraturan Daerah untuk menjaga kearifan lokal.

Khususnya tradisi Mempolong Merenten yang memuat sikap egaliter, yaitu persaudaraan tanpa membedakan suku dan agama serta memperkuat rasa toleransi antar masyarakat.

Semangat mempolong merenten ini harus dimiliki oleh semua elemen masyarakat Lombok Utara, terutama pemerintah  yang memiliki kewajiban untuk membumingkan semangat ini,” ujar  H. Raden Nuna Abriadi. Beliau juga memaparkan esensi Tradisi Saling Aro atau saling jengok, yang mencerminkan rasa kepedulian antara sesame, dan istilah “Siq-Siq O Bungkuk” yang  mencerminkan saling menghormati dan menyayangi.

“Program ini harus dilakukan secara terus manerus dan berkesinambungan serta mendapat dukungan dari pemerintah,” ujar Herman Johdi yang mala mini juga ikut serta berdiskusi. Diskusi berjalan sangat interaktif antara H. Raden Nuna Abriadi dengan para seniman. Seniman menceritakan  permasalahan yang ditemukan di masyarakat. H. Raden Nuna Abriadi berharap dari program ini, bisa menelurkan konsep dan gagasan besar kesenian dan kebudayaan yang merangkul semua komunitas kesenian yang ada di Lombok Utara, dan menjadi perhatian pemerintah dalam merancang Peraturan Daerah yang berkaitan dengan budaya, adat istiadat dan tradisi masyarakat kabupaten Lombok Utara.

Diskusi ini penting untuk memberikan pemahaman terhadap seniman dan semua pegiat seni. Ini sebagai bekal pengetahuan terhadap kebudayaan dan kesenian yang ada di Lombok Utara.

Selain berbicara kebudayaan dan kesenian di Lombok Utara, kami juga membahas mengenai strategi-strategi yang akan dilakukan untuk terus bergerak sebagai makhluk yang mempolong merenten. ***

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.