Sibawaihi, Direktur Program di Pasirputih, juga pernah berkata bahwa, dulu, di Pelabuhan Bangsal, para pemuda mengenal sebutan ABC—singkatan dari “Anak Bangsal Club”. Sebutan ini sudah tak terdengar lagi sejak Pelabuhan Bangsal terlalu sibuk dengan orang-orang yang pulang-pergi ke Tiga Gili. Sebagaimana Bangsal Menggawe yang, salah satu tujuannya, merespon situasi terkini dari keberadaan Pelabuhan Bangsal, tujuan penyelenggaraan Bangsal Cup pun juga ada di jalur yang sama: merespon klub-klub bola yang ada di Kecamatan Pemenang, yang konon dulunya juga sering bermain di Pelabuhan Bangsal.

Berbicara tentang sepak bola, saya ingat bahwa Hamdani, salah seorang anggota Pasirputih, kerap galau-gelisah dengan ‘hilangnya’ klub-klub sepak bola di Pemenang. Saya sering mendengarnya bercerita tentang klub-klub itu dan tentang kisah gotong-royong warga membangun lapangan sepak bola yang dikenal dengan nama Lapangan Guntur Muda; lapangan bola yang bisa digunakan oleh siapa saja dan gratis. Namun kini, lapangan tersebut sudah berubah menjadi pasar dengan bangunan berupa blok-blok lapak para pedagang. Lapangan bola yang sekarang ada memang lebih baik daripada lapangan bola yang dibangun oleh warga secara bergotong royong di masa lampau itu, tetapi tak lagi gratis. Untuk bermain bola, klub-klub bola lokal di Pemenang harus merogoh kocek untuk menyewa lapangan.

Masih cerita dari Hamdani: dulu, katanya, hampir setiap dusun di Kecamatan Pemenang memiliki klub sepak bola. Hampir setiap sore, pemuda dan anak-anak bermain bola. Masih banyak lapangan dan sawah yang dapat dijadikan lapangan untuk bermain bola saat itu. Tidak seperti sekarang, lapangan atau sawah sudah menjadi bangunan-bangunan, dan secara tidak langsung mengikis pelan-pelan klub-klub sepak bola lokal yang ada di Pemenang.
Karenanya—tentu dalam rangka menanggapi krisis itu juga—Bangsal Cup akan selalu dihadirkan sebagai rangkaian kegiatan Bangsal Menggawe setiap tahun. Sebagaimana kata Oka, itu salah satu cara untuk menjaga kebiasaan warga bermain sepak bola di Pemenang, yang sudah ada sejak dulu, agar tidak hilang meskipun lahan-lahan kosong atau sawah-sawah tempat bermain semakin berkurang karena tergantikan dengan ruang-ruang berbayar. Bangsal Cup juga menjadi refleksi warga untuk kembali memikirkan lahan-lahan yang ada agar tidak melulu diubah menjadi bangunan. Perubahan yang begitu cepat dari pengelolaan ruang, yang umumnya lebih sering mengutamakan kepentingan profit, tentunya akan menyebabkan adanya ‘budaya’ turun-temurun yang hilang; sepak bola Pemenang, salah satunya.
Persoalan terbatasnya lahan ini, membuat tim Bangsal Cup sedikit bekerja lebih keras untuk mencari lahan yang akan digunakan untuk pertandingan. Pada tahun-tahun sebelumnya, yaitu 2016 dan 2017, acara turnamen Bangsal Cup diadakan di tepi pantai Bangsal—area pantai di sebelah timur Pelabuhan Bangsal. Pertandingan berlangsung sambil diiringi deburan ombak. Sedangkan kondisi saat ini, bibir pantai itu sudah semakin menyempit. Ombak semakin naik ke darat dan pasir-pasir pantai menjadi lebih miring karena seretan ombak. Kondisi pantai yang semakin mengecil, dan pasang yang menyapu pantai, tidak memungkinkan panitia Bangsal Cup tahun ini menggunakan area tersebut sebagai lapangan bola. Oleh karena itu, panitia Bangsal Cup untuk Bangsal Menggawe 2019 mencoba mencari kemungkinan pada lahan-lahan lain di pinggiran jalan yang bisa digunakan sementara sebagai lapangan.

Setelah mencari dan melihat-lihat area di sekitar Bangsal, akhirnya Rajib Hari (Ketua Panitia Bangsal Cup 2019) dan Oka menemukan sepetak tanah yang cukup luas di antara bangunan kantor KUA Kecamatan Pemenang dan gedung Syahbandar. Lahan yang dipenuhi rerumputan liar itu tampak tidak digunakan atau diolah oleh pemiliknya. Menurut Rajib, luas lahan itu bisa digunakan untuk sepak bola pantai, tetapi rumput-rumput liar yang memenuhi lapangan itu mesti dicabut dan dibersihkan. Setelah berdiskusi dengan teman-teman yang terlibat di Bangsal Menggawe, akhirnya lahan itu menjadi pilihan utama sebagai lapangan yang akan digunakan untuk Bangsal Cup tahun ini.
Tidak seperti dulu, ketika sawah-sawah atau lahan-lahan kosong bisa dijadikan lapangan bola begitu saja, kini persoalan lahan menjadi sangat pelik. Tidak jarang warga bersitegang karena persoalan lahan. Maka, meskipun lahan tersebut tampaknya tak terurus, demi menghindari konflik, kami (panitia Bangsal Cup) tetap berusaha mencari siapa pemilik lahan temuan tersebut.

Dua hari sebelum Bangsal Menggawe dimulai, saya ikut serta bersama Oka, Rajib, dan Ahmad Nawawi (Sekretaris Bangsal Menggawe 2019) untuk memastikan status kepemilikan lahan yang kami pilih itu. Kami mencoba menemui Kepala Dusun (Kadus) Karang Petak. Beruntung, pagi hari Rabu tanggal 30 Januari, kami dapat menemui Pak Halawi, Kadus Karang Petak, di rumahnya.
Pada pertemuan iu, Oka menjelaskan kepada beliau apa itu Bangsal Menggawe dan segala rangkaian kegiatannya, salah satunya adalah Bangsal Cup. Oka juga menceritakan niat pertemuan pagi itu, yaitu untuk mencari tahu siapa pemilik lahan yang akan digunakan menjadi lapangan Bangsal Cup tersebut, sekaligus meminta izin dan mengajak Kadus Halawi agar turut bergabung, berkontribusi dalam penyelenggaraan kegiatan Bangsal Menggawe.
Ternyata, Kadus Halawi sangat senang mendengar cerita dan ajakan Oka, apalagi untuk terlibat di Bangsal Menggawe. Beliau bersemangat membantu kami untuk mendapatkan surat izin penggunaan lokasi tersebut bagi Bangsal Cup 2019. Awalnya, Kadus Halawi mengatakan bahwa tanah yang kami maksud itu adalah milik Pemerinta Daerah (Pemda) sehingga bisa digunakan oleh siapa saja dengan meminta izin ke kantor desa dan kantor camat. Karenanya, pagi itu, beliau langsung saja membantu kami untuk meminta izin dengan menelepon Pak Camat dan pemerintah desa. Usai menghubungi dua lembaga tersebut, beliau menyarankan kami untuk segera membuat surat yang langsung ditujukan kepada Kepala Desa dengan tembusan Camat. Melihat semangat beliau dalam membantu Bangsal Menggawe ini, kami optimis bahwa urusan perizinan penggunaan lokasi itu akan berjalan lebih mudah.
Tidak membuang waktu, esok harinya, tanggal 31 Januari, saya, Oka, Anggraeni (anggota Forum Lenteng, Jakarta), dan Nawawi berangkat ke Kantor Desa Pemenang Timur. Kami bertemu lagi dengan Kadus Halawi di sana. Sementara itu, Kepala Desa Pemenang Timur sedang tidak berada di kantor. Mendengar itu, kami sempat sedikit kecewa, tetapi Kadus Halawi berkata bahwa beliau membantu agar surat izin lokasi dapat terbit hari itu juga. Setelah menunggu beberapa menit, kami pun bertemu dengan Sekretaris Desa (Sekdes). Kepadanya, Oka menjelaskan maksud kedatangan kami, yaitu untuk meminta izin menggunakan lahan milik Pemda untuk Bangsal Cup. Setelah mendengar cerita Oka, tanpa mempersulit kami, Sekdes segera membuatkan surat izin tersebut dengan sebelumnya meminta izin ke Pak Camat.
Kami menunggu hampir satu jam, lalu mendapatkan kabar baru dari Sekdes dan Kadus Halawi, bahwa ternyata, tanah yang dimaksud bukan lagi tanah milik Pemda, tetapi sudah menjadi milik kadus yang menjabat sebelum Kadus Halawi. Konon, tanah itu sudah diserahkan pemerintah desa ke Kadus Karang Petak periode sebelumnya sebagai ‘ucapan terimakasih’ karena telah menjadi kepala dusun.
Belum sempat kami bersedih hati karena hilangnya harapan untuk membawa pulang surat izin, Kadus Halawi yang selalu bersemangat itu, lagi-lagi membantu kami. Beliau menawarkan diri untuk menemui sendiri Kadus sebelumnya (sayangnya, saya lupa mencatat siapa nama kadus yang menjabat sebelum Kadus Halawi). Beliau berjanji akan menemuinya setelah Sholat Jum’at untuk mendiskusikan perizinan itu dan juga akan membawa surat izin yang akan diserahkan ke Pasirputih, sore itu juga.
Kadus Halawi juga memberikan saran alternatif jika lahan itu tidak dapat digunakan. Kata beliau, ada lahan desa di sebelah tanah tersebut, tetapi lokasinya sedikit lebih jauh dari posisi jalan raya yang menuju Pelabuhan Bangsal. Mendengar penjelasan dan saran-saran alternatif dari Kadus Halawi terkait lahan untuk lapangan sepak bola, kami pun akhirnya bisa pulang dengan keyakinan bahwa persoalan lapangan untuk Bangsal Cup 2019 akan segera selesai sore itu.
Benar saja, sebelum Ashar, Kadus Halawi berkunjung ke markas Pasirputih dengan membawa surat izin yang dijanjikannya. Tentu saja, beliau datang juga dengan semangat untuk turut serta membersihkan lahan tersebut agar layak menjadi lapangan bola pantai. Kami, para pantia Bangsal Cup, akhirnya membuat kesepakatan bahwa kegiatan membersihkan lapangan akan segera dimulai keesokan harinya, tanggal 1 Februari 2019. ***
—
Editor: Manshur Zikri