Catatan Terbuka, Untuk Ulang Tahun Ke-6 Lombok Utara

Oleh: Muhammad Sibawaihi | Komunitas pasirputih

Selama bulan puasa, terhitung sudah tiga kali saya melewati Jalan Raya Tanjung di pagi hari. Suasana yang biasanya tampak sepi, hari ini terlihat sedikit ramai. Mungkin, karena hari ini adalah hari pertama masuknya tahun ajaran baru 2014-2015. Saya ingat keponakan saya, yang sedari pagi sudah tidak sabar berangkat ke sekolah dengan mengenakan seragam barunya.

Pagi ini saya sedang menuju Kantor Pos, untuk mengirim barang ke salah seorang teman di Papua. Kejadian di Kantor Pos sempat membuat saya geram, karena petugas tidak ada di tempat. Beberapa warga yang sedari tadi menunggu, terpaksa pulang dan memutuskan untuk kembali sore atau besok pagi. Saya yang sejak semalam belum tidur, terpaksa menitipkan barang yang akan saya kirim ke security. Setelah membuat perjanjian akan mengirimkan nomor kode pengiriman, saya pun memutuskan untuk pulang.

Sepanjang jalan, saya menikmati suasana pagi yang sedikit dingin. Memperhatikan sisi kiri dan kanan jalan. Sudah ada terminal baru di sebelah Pasar Baru Tanjung, ada juga bangunan yang mirip pasar kuliner di depan Pasar Baru Tanjung tersebut. Beberapa bangunan pertokoan besar juga berdiri di pinggir-pinggir jalan. Sedang asyik-asyiknya menikmati pemandangan bangunan-bangunan tersebut, saya tiba-tiba terkejut karena mobil truk di depan saya melambat. Saya kemudian memutuskan untuk mendahului truk tersebut. Saya mengambil ancang-ancang di sebelah kanan truk. Namun keputusan itu saya rasa tidak tepat. Sebab, ternyata deretan kendaraan yang ada di depan truk cukup banyak. Akhirnya pelan-pelan, sampai juga saya dibelakang sebuah mobil yang menjadi biang kemacetan pagi itu. Sebuah mobil hitam berlabel logo kabupaten Lombok Utara. Di atas mobil tersebut nampak sebuah corong. Seorang yang duduk di bagian  depan mobil terlihat sedang memegang microphone.

lambang_kabupaten_lombok_utara

Kantor Bupati Lombok Utara
Kantor Bupati Lombok Utara

“Kami himbau kepada seluruh perusahaan, kantor-kantor pemerintahan, sekolah-sekolah dan para pemilik warung yang berada di pinggir jalan, untuk memasang umbul-umbul dan bendera merah putih, untuk menyambut ulang tahun Kabupaten Lombok Utara yang ke 6, yang jatuh pada tanggal 21 Juli 2014, dan untuk menyambut hari kemerdekaan republik Indonesia tanggal 17 Agustus 2014 yang akan datang…” , demikian bunyi pengumuman yang disampaikan oleh seseorang di dalam mobil tersebut. Karena memang RUU (Rancangan Undang-Undang) Pembentukan Kabupaten Lombok Utara di Provinsi Nusa Tenggara Barat, disetujui oleh DPR menjadi UU (Undang-Undangan), yaitu Undang-Undang No.26 Tahun 2008 dan disyahkan oleh Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Juli 2008, maka tanggal 21 Juli menjadi hari ulang tahun Kabupaten Lombok Utara.

Peta wilayah Kabupaten Lombk Utara. Sumber: Google Image
Peta wilayah Kabupaten Lombk Utara. Sumber: Google Image

Sepanjang jalan itu, ditemani angin yang cukup kencang, saya bertanya kepada diri saya. “Apa yang sudah saya berikan kepada kabupaten tercinta ini?” “Apakah kado terbaik diberikan untuk ulang tahun yang ke 6 ini?” “Apa yang akan saya lakukan untuk tahun ke 7…?” Banyak memang pertanyaan-pertanyaan yang muncul di benak saya.  Pertanyaan yang tidak harus dijawab, namun harus dibuktikan tentunya.

Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak saya, rasanya baik untuk kita kaji dan kita telaah bersama. Sejauh mana setiap element yang ada di Kabupaten Lombok Utara ini berjuang memperbaiki diri demi kesejahteraan bersama. Misalnya, sejauhmana peran para generasi muda yang katanya sebagai tonggak kemajuan sebuah negara? Sejauh mana peran para ulama, budayawan, agamawan, tokoh-tokoh adat sebagai elemen penting dalam strata sosial masyarakat Kabupaten Lombok Utara? Yang paling penting lagi, bagaimana kemudian pihak pemerintah sebagai pemegang kebijakan, apakah berorientasi kepada kepentingan masyarakat banyak atau malah sebaliknya? Tentu dalam 6 tahun ini, banyak sudah yang berubah di Lombok Utara. Banyak perbaikan-perbaikan dan inovasi-inovasi dilakukan. Namun, pasti banyak juga hal-hal esensial yang luput dari ingatan atau memang tidak diperhatiakn oleh semua pihak.

Saya kemudian memutuskan untuk membuka website Kabupaten Lombok Utara, http://lombokutarakab.go.id, sebagai salah satu media untuk memperlihatkan perkembangan dan kemajuan kabupaten ini di mata publik. Siapa tahu, banyak yang bisa kita pelajari dan bisa kita jadikan referensi terhadap kemajuan dan perkembangan Lombok Utara.

Namun apa yang saya harapkan tidak terjawab. Sebab berita yang ada, isinya hanya seputar kegiatan Bupati dan Wakil Bupati Lombok Utara. Tidak ada tulisan tetang kajian sosial kondisi real masyarakat di bawah. Tidak ada misalnya, berita tentang keluhan pedagang-pedagang di Terminal Bangsal yang sudah sejak lama dijanjikan perubahan oleh pemerintah. Tidak ada tulisan tentang pentingnya menjaga lingkungan, ketika di satu sisi, Pemda Lombok Utara sedang gencar-gencarnya mempromosikan pariwisata kepada dunia. Tidak ada catatan tentang masyarakat Dusun Tebango Bolot, yang harus berjalan kaki sekian kilometer untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tidak ada kolom evaluasi atau kolom saran, sehingga masyarakat bisa secara langsung mengkritik pemerintah jika ada program yang tidak tepat sasaran, atau adanya masyarakat yang belum diperhatikan.

Lalu bagaimana kita bisa mengerti permasalahan kita yang sebenarnya?

Website Pemda Lombok Utara.
Website Pemda Lombok Utara.

Karena memang, blog kami ini sedang membahas tentang isu dan perkembangan pariwisata, maka saya mengajak kita semua untuk melihat dari sudut pariwisata. Saya memang bukan pakar pariwisata. Namun, selama beberapa bulan mengajak rekan-rekan Komunitas pasirputih terjun membingkai keadaan pariwisata Lombok Utara, sedikit tidak kami mengerti dan tahu, apa yang terjadi tentang kondisi pariwisata kita. Dan anda semua para pembaca, bisa melihat dari berbagai tulisan para peserta Workshop AksaraMedia yang kami inisiasi.

Tiga Gili: Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Sumber: Google Image.
Tiga Gili: Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Sumber: Google Image.

Pariwisata, menjadi tonggak APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) Kabupaten Lombok Utara. Kawasan wisata Gili Indah yang terdiri dari Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan menjadi icon wisata yang sering dijual. Seperti tulisan “Tiga Gili, Pesona yang Tidak Pernah Pudar” yang ada dalam website tersebut, yang dengan jelas menunjukkan eksotisme yang ada di Gili. Mari kita lihat sebuah aragrap dalam tulisan tersebut:

“Mengapa Tiga Gili sangat populer di kalangan wisatawan? Banyak yang bilang keindahan alam Lombok tidak kalah dengan Bali, dengan pantai-pantai yang lebih bersih. Di pulau-pulau kecil nan cantik ini para pelancong dapat melakukan berbagai aktivitas, antara lain menyelam, snorkeling, atau sekadar bermalas-malasan di pinggir pantai sambil menikmati matahari tenggelam…”

Benarkah seperti itu yang terjadi saat ini? Ketika tim AksaraMedia terjun ke masyarakat, mendengarkan bagaimana pandangan mereka tentang pariwisata Lombok Utara saat ini, apa yang tertulis dalam website tersebut, samasekali berbeda. Fitri Atong, seorang teman saya yang bekerja di Gili Meno, menceritakan pengalamannya yang sering mendengar keluhan dari para wisatawan, tentang banyaknya sampah di Gili Meno, Gili Trawangan dan Gili Air. Lalu, dahulu Gili Trawangan yang terkenal dengan terumbu karang yang bagus dan Blue Coral (Karang Biru)-nya yang juga terkenal sampai ke seluruh dunia, sekarang sudah mulai berkurang, karena tidak ditanamkan pentingnya menjaga dan melestarikan SDA(Sumber Daya Alam) yang kita miliki. Selain itu, bagaimana wisatawan akan menikmati sunset dan berbagai macam aktifitas di pantai, ketika setiap tahun, sedikit demi sedikit pantai kita habis oleh ombak. Contoh nyata di Gili Meno, dalam Video “Celoteh Bibir; Bibir Yang Terkikis” (video hasil workshop AksaraMedia), bahwa sekarang, sedikit demi sedikit pulau Gili Meno sudah mengecil, dan diprediksi akan hilang dalam masa seratus tahun yang akan datang.

Tim AksaraMedia ketika terjun ke masyarakat. Foto: Muhammad Sibawaihi
Tim AksaraMedia ketika terjun ke masyarakat. Foto: Muhammad Sibawaihi

Kemudian misalnya, jika pariwisata memang dijadikan icon Lombok Utara, sejauh mana Pemda Lombok Utara sendiri memperhatikan hal ini? Berapa banyak lembaga baik yang formal atau nonformal didirikan untuk mensuport laju perkembangan pariwisata? Jawabannya, tidak ada. Tercatat di Lombok Utara hanya ada satu lembaga pendidikan yang bersertifikat yang menyiapkan tenaga pariwisata professional. Yaitu LP3M yang dikelola oleh Saharaudin Efendi. Maka jangan heran, jika banyak sekali permasalahan tenaga kerja yang terjadi di tiga gili. Jika memang pariwisata menjadi perhatian kita bersama, maka sudah sedari dini kita menyiapkan sarana-saran untuk menunjang kesejahteraan  di bidang tersebut.

Maksud saya di sini, karena itu memang website pemerintah, silahkan saja untuk mempublikasikan bagaimana kinerja pemerintah. Namun jangan melupakan sisi-sisi yang lain. Bahwa masyarakat juga butuh tahu bagaimana kondisi nyata yang terjadi di masyarakat. Bahwa masyarakat juga punya suara untuk mengkritik demi kebaikan kita bersama. Jangan sampai media ini digunakan sebagai media kampanye popularitas saja.

Tim AksaraMedia saat berdiskusi di sekretariat Komunitas psirputih.
Tim AksaraMedia saat berdiskusi di sekretariat Komunitas psirputih.

Tentu banyak yang luput dari pandangan saya, tentang banyak hal. Namun saya rasa tulisan ini menjadi semacam trigger untuk membuka persoalan yang ada di Kabupaten Lombok Utara. Apalagi sebentar lagi kita akan memilih bupati baru. Jangan sampai kita menjadi lengah, sibuk membicarakan politik dan melupakan hal-hal yang mendasar tentang permasalahan masyarakat kita, yang belum sepenuhnya bisa teratasi. Sebagai komunitas yang bergerak dalam bidang jurnalisme warga, tentu kami pun akan berupaya untuk terus membingkai permasalahan yang ada, sembari sedikit-demi sedikit memperbaiki diri, berdiskusi dengan orang-orang disekitar kami.

Dan, semoga ulang tahun Kabupaten Lombok Utara yang dirayakan setiap tahun ini, tidak hanya menjadi persitiwa sesaat. Jangan sampai setelah bendera merah putih dinaikkan dan setelah bupati memberikan pidato, semuanya hilang dan tidak pernah dibicarakan. Namun, agar moment penting ini menjadi sebuah refleksi, kenapa Lombok Utara harus ada. Terimakasih.

3 Comments

  1. badrul

    “… dan, semoga ulang tahun Kabupaten Lombok Utara yang dirayakan setiap tahun ini, tidak hanya menjadi persitiwa sesaat. Jangan sampai setelah bendera merah putih dinaikkan dan setelah bupati memberikan pidato, semuanya hilang dan tidak pernah dibicarakan. Namun, agar moment penting ini menjadi sebuah refleksi, kenapa Lombok Utara harus ada.”

    KENAPA LOMBOK UTARA HARUS ADA

  2. bacoq kanasiba

    bagaimana caranya ikut gabung menulis kabar dan keseharian tentang masyarakat Lombok Utara

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.